Ummu Aiman : Budak Nabi dan Pengasuhnya


Namanya adalah Barakah binti Tsa'labah bin Amru bin Hishan bin Malik bin Salmah bin Amru bin Nu'man al Habasyiyah.

Rasululullah Sholallahu 'Alaihi Wassalam mewarisi wanita ini dari ayahnya, dan Ummu Aiman senantiasa mengasuh Rasululullah Sholallahu 'Alaihi Wassalam hingga dewasa. Tatkala Rasululullah Sholallahu 'Alaihi Wassalam menikah dengan Khadijah binti Khuwailid radhiallahu 'anha, beliau memerdekakan Ummu Aiman yang kemudian ia dinikahi oleh Ubaidulllah bin Haris al Khazraji. Darinyalah ia melahirkan Aiman radhiallahu 'anhu yang pada gilirannya Aiman ikut berhijrah dan berjihad bahkan syahid tatkala perang Hunain.

Nabi Sholallahu 'Alaihi Wassalam memuliakan Ummu Aiman. Beliau sering mengunjunginya dan memanggilnya dengan kata, "Wahai ibu...". Beliau bersabda (artinya) :

"Beliau (Ummu Aiman) adalah termasuk ahli baitku." Beliau juga bersabda, "Ummu Aiman adalah ibuku setelah ibuku." [HR. Al Hakim (IV/63) dan al Asqalani dalam al Ishabah (VIII/213) serta Ibnu Sa'ad dalam ath Thabaqatul Kubra (VIII/223)].

"Barangsiapa yang ingin menikah dengan wanita ahli surga, maka hendaklah ia menikahi Ummu Aiman." [HR. Ibnu Sa'ad (VIII/224) dari jalan Abdullah bin Musa dari Fadhl bin Mazruq, rijalnya tsiqah akan tetapi munqathi'. Lihat al Ishabah (VIII/213)].

Maka akhirnya Zaid bin Haritsah menikahinya pada malam ketika ia diutus oleh Nabi Sholallahu 'Alaihi Wassalam. Dengannyalah akhirnya Ummu Aiman melahirkan Usamah bin Zaid, buah hati Rasululullah Sholallahu 'Alaihi Wassalam.

Ketika Rasululullah Sholallahu 'Alaihi Wassalam mengizinkan kepada kaum muslimin untuk berhijrah ke Madinah, maka Ummu Aiman radhiallahu 'anha termasuk wanita yang berhijrah angkatan pertama. Ummu Aiman berhijrah di jalan Allah dengan berjalan dan tanpa membawa bekal. Pada saat hari sangat panas, sementara ia sedang melakukan puasa, ia sangat kehausan, tiba-tiba ada ember di atasnya yang menjulur dari langit dengan tali berwarna putih. Lalu Ummu Aiman meminum air yang ada di dalamnya hingga kenyang. Ummu Aiman berkata, "Saya tidak pernah lagi merasakan haus sesudah itu. Sungguh saya biasa menghadapi rasa haus dengan puasa di siang hari, namun kemudian aku tidak merasa haus lagi setelah minum air tersebut, meskipun aku puasa pada siang hari yang panas aku tetap tidak merasakan haus." [HR. Ibnu Sa'ad dalam ath Thabaqat (VIII/224) dan oleh al Hafidh al asqalani dalam al Ishabah (VIII/213)].

Ummu Aiman adalah seorang wanita yang kidal (?) suaranya. Suatu ketika beliau ingin menyeru kaum muslimin pada perang Hunain dan berkata, "Tsabbatallahu aqdamakum" semoga Allah mengistirahatkan kalian (padahal mungkin yang dimaksud adalah tsabbatallahu aqdamakum, semoga Allah mengokohkan kaki kalian, pen.). Maka Nabi bersabda:

"Diamlah wahai Ummu Aiman karena anda adalah seorang yang kidal lisannya." [sama dengan di atas pada buku hal. 224-225]

Suatu ketika Ummu Aiman masuk ke dalam rumah Nabi Sholallahu 'Alaihi Wassalam dan mengucapkan salam, "Salamun laa alaikum" (keselamatan bukan atas kalian) padahal yang dimaksud adalah "Assalamu'alaikum", akan tetapi beliau memberikan rukhsakh kepadanya untuk mengucapkan salam salamun la alikum [sama dengan di atas].

Di samping Ummu Aiman memiliki sifat-sfat terpuji ditambah lagi pada usianya sudah tua, ia radhiallahu 'anha tidak mau tinggal diam. Beliau ingin menyertai para pahlawan Islam dalam menghancurkan musuh-musuh Allah untuk meninggikan Kalimat-Nya. Sehingga ia ikut dalam perang Uhud dan ikut andil dengan kemampuan yang ia miliki. Ia memberikan minum bagi pasukan muslim dan mengobati yang terluka dan ia juga menyertai perang Khaibar bersama Rasululullah Sholallahu 'Alaihi Wassalam [Ath Thabaqat (VIII/225)].

Ketika Rasululullah Sholallahu 'Alaihi Wassalam wafat, Abu Bakar radhiallahu 'anhu berkata kepada Umar radhiallahu 'anhu, "Pergilah bersama kami menemui Ummu Aiman. Kita akan mengunjunginya sebagaimana Rasululullah Sholallahu 'Alaihi Wassalam telah mengunjunginya." Tatkala mereka sampai di rumah Ummu Aiman ternyata ia sedang menangis, keduanya berkata, "Apa yang membuat anda menangis? Bukankah apa yang di sisi Allah lebih baik bagi Rasul-Nya?"

Ummu Aiman menjawab, "Bukanlah saya menangis karena tidak tahu bahwa apa yang di sisi Allah lebih baik bagi Rasul-Nya, hanya saja saya menangis karena telah terputusnya wahyu dari langit." Hal itu membuat Abu Bakar dan Umar menangis, sehingga keduanya menangis bersama Ummu Aiman [HR Imam Muslim dalam Fadha'ilush Shahabah, no. 2454 dan Ibnu Majah dalam al Jazaiz no. 1635, Abu Nu'aim dalam al hilyah (II/8), ath Thabaqat (VIII/22), semuanya dari jalan Sulaiman bin Mughirah bin Tsabit dari Anas berkata...al hadist.

Pada saat terbunuhnya Umar bin Kaththab radhiallahu 'anhu, Ummu Aiman menangis sambil berkata, "Pada hari ini Islam menjadi lemah." [Ath Thabaqat (VIII/226), sanadnya shahih dan oleh al Hafidh dalam al Ishabah (VIII/214)]

Ummu Aiman wafat pada masa kekhalifahan Utsman bin Affan radhiallahu 'anhu, tepatnya dua puluh hari setelah terbunuhnya Umar.

Semoga Allah merahmati Ummu Aiman pengasuh pemimpin anak Adam radhiallahu 'anha. Beliau adalah seorang wanita yang rajin puasa dan tahan lapar. Berhijrah dengan berjalan diberi minum yang tidak diketahui asalnya-usulnya, minuman dari langit sebagai penyembuh bagi beliau.

Diketik ulang dari "Mereka Adalah Para Shahabiyah : Kisah-kisah Wanita Menakjubkan yang Belum Tertandingi Hingga Hari Ini", hal. 209-212, penerbit At Tibyan, 2010/1431 H.

Photo : morgue****



Waktu-waktu Bersama Zahra (2)

Menonton

Tinggal di rumah flat di tanah Arab memang berbeda dibandingkan dengan tinggal di rumah-rumah di Indonesia pada umumnya. Minimnya area bermain (halaman) serta kondisi udara yang kadang kurang bersahabat, menyebabkan anak lebih banyak menghabiskan waktunya di dalam rumah. Pada umumnya, anak-anak di sini menghabiskan waktu dengan menonton TV, bermain game, pergi ke playground dan tempat-tempat bermain di mall pada waktu akhir pekan. Kami tidak menyetel TV, tapi Zahra masih diperkenankan menonton video (bisa film kartun, film dokumenter, video demo memasak, video prakarya, dsb.). Sehari, VCD yang boleh ditonton 2-3 saja (biasanya 2 sudah cukup). Kalau sudah menonton VCD, tidak ada lagi kuota waktu untuk menonton di YouTube. YouTube biasanya diberi waktu 1-2 jam (biasanya 1 jam lebih sedikit sudah cukup). Untuk YouTube, Zahra lebih sering menonton dari HP. Ini juga memudahkan saya untuk mendampinginya saat menonton. Meski tontonan tersebut bernama film kartun, namun bukan berarti aman 100%. Film kartun kadang mencontohkan kekerasan, kejahilan, dsb. Belum lagi kartun-kartun barat yang sarat akan budaya dan nilai-nilai yang bertentangan dengan ajaran Islam. Diperkenalkannya anak dengan dunia sihir, peri-peri, hari-hari raya agama mereka, pergaulan dengan lawan jenis, model pakaian yang terbuka aurat, musik dan lagu, dan masih banyak lagi. Kalau bisa dibilang, tidak ada satu pun yang aman, meski itu bernama film kartun Islam sekalipun.

Sebelumnya Zahra sempat mengkonsumi film kartun Islam untuk anak-anak. Betul bahwa film tersebut mengajarkan adab-adab, doa, pengetahuan dasar Islam, dsb. Sayangnya, film itu sarat akan musik dan lagu-lagu. Sementara, telah sampai pengetahuan saya tentang haramnya musik dan lagu, dan Zahra pun tahu akan hal itu (Kalau mau protes, gak terima, gak setuju, jangan sama saya, yah. Protes langsung sama Pembuat Syariat ^_*...). Oleh karena itu, Zahra terbiasa mematikan suara video jika terdengar ada musik dan lagunya. Kadang dia lupa juga sih, dan kalau diingatkan, Zahra langsung mematikan suaranya. Yang sulit adalah ketika ada dialog bersamaan dengan musik...

Selain itu, cara/ilustrasi yang disuguhkan film-film kartun Islam yang pernah kami tonton itu kadang justru memberi ide pada anak tentang pertengkaran, kata-kata yang kurang santun, dan kenakalan-kenakalan anak lainnya. Betul bahwa kemudian dijelaskan bahwa perbuatan-perbuatan tsb adalah perbuatan yang tidak baik. Namun, sayangnya anak terlanjur "terinspirasi" dengan contoh yang jelek itu, walaupun di sisi lain mereka tahu bahwa perilaku tersebut tidak baik.

Hal lain adalah bahwa film kartun "Islami" tersebut mencontohkan tata cara ibadah-ibadah yang menyelisihi sunnah, termasuk pengambilan doa dari sumber yang dhaif.

Ada lagi film kartun kisah-kisah Islam. Ternyata, kisahnya pun kurang dapat dipertanggungjawabkan karena ada diantaranya yang mengambil kisah dari sumber yang dhaif ataupun maudhu.

Serba salah memang. Di satu sisi, anak butuh hiburan. Di sisi lain, berbagai "ancaman" mengintai anak dari apa yang dia tonton. Itulah sebabnya, saya mematikan TV, dan hanya menggunakan pesawat TV tersebut untuk menyetel video kajian dan video-video Zahra yang sudah saya seleksi.

**

Bermain Game

Selain menonton video, Zahra diperkenankan bermain game di internet. Tentunya, game yang dimainkan adalah hasil seleksi mamanya. Kebanyakan game edukatif, seperti mengenal huruf, belajar membaca, mengenal bentuk dan warna, mengenal kosa kata bahasa Arab, berhitung, dan banyak lagi. Saya banyak mendapatkan link edukatif tersebut dari para homeschooler. Seperti halnya menonton, waktu main game pun dibatasi. Biasanya 1-2 jam saja/hari. Habisnya waktu ditandai dengan bunyi timer/alarm yang sudah disetting sebelumnya.

**

Mengerjakan Worksheet

Sebelum Zahra bersekolah (menjelang usia 3 tahun), saya memberikan worksheet untuk kami kerjakan bersama-sama. Waktu itu Zahra belum paham apa yang bisa dia lakukan dengan worksheet tersebut. Jadi, sayalah yang lebih banyak mengerjakan sementara Zahra memperhatikan. Misalnya mewarnai. Setelah itu kami gunting dan kami tempel di kertas atau dinding kamar Zahra. Dalam kegiatan tersebut, saya mencoba memperkenalkan Zahra pada bentuk, warna, huruf, dan angka. Tidak perlu menuntut anak untuk langsung bisa. Yang penting dia have fun dan tidak asing dengan bentuk-bentuk tersebut di kemudian hari. Kegiatan mewarnai juga bisa melatih motorik halus Zahra.

Selain itu, kami bermain dengan playing dough (lilin mainan/plestisin). Awalnya, saya hanya membuat bentuk-bentuk dasar seperti bola, lingkaran, bujur sangkar, persegi panjang, segitiga, dsb. Kemudian berkembang menjadi bentuk-bentuk lain yang sederhana, seperti mangkuk, gelas, sendok, dsb. Sampai sekarang Zahra masih senang bermain plastisin ini. Dibentuknya huruf-huruf hijaiyah alif, ba, ta, dst. InsyaAllah bermain plastisin dapat membantu melemaskan otot-otot tangan anak sehingga membantu perkembangan motorik halusnya.

**
Melukis

Melukis, atau lebih tepatnya mewarnai dengan cat. Merupakan salah satu kegiatan Zahra. Sebenarnya sih tidak karu-karuan. Tapi tak apalah. Biarlah Zahra bereksperimen dengan warna serta melatih motorik halusnya. Selain itu, seperti halnya acara bermain yang lain, Zahra pun diberi tanggung jawab untuk tidak menumpahkan air dan cat. Kalau tumpah, maka dia sendirilah yang harus membersihkannya. Selesai bermain, Zahra harus membereskan kembali peralatan yang dia pakai.

**

Rasa Pisang atau Stroberi?

Kondisi lingkungan yang saya tempati menuntut saya (dan suami) berperan sebagai teman bagi Zahra. Sering kami kejar-kejaran di rumah, main petak umpet, main kuda-kudaan, main kitik-kitikan, dll. Oh ya, Zahra senang lho digigit pantatnya. Dia akan rela menyodorkan pantatnya yang montok untuk digigit mamahnya sambil bertanya, "Mamah, mau rasa pisang atau stroberi?" Maksudnya, pantat kiri rasa pisang, pantat kanan rasa stroberi. Lalu saya memilih cita rasa yang saya suka, dan menggigit pantatnya sesuai rasa yang dimaksud. Setelah itu, pilihan rasanya diganti dan saya diminta memilih. Begitu seterusnya. Hehehehe....permainan yang aneh 'kan?

**

Mendekap Zahra

Cantik. Itulah yang terlihat jika Zahra mengenakan mukena. Kadang dia ikut sholat di samping saya, namum kadang di tengah-tengah sholat anak itu sudah kabur. Yang unik, jika saya tengah berdizikir sesudah sholat, maka Zahra akan masuk ke mukena saya, berbaring di pangkuan saya untuk sesaat, menikmati dekapan di dada saya, lalu...kabur lagi. Saat-saat mendekap Zahra sambil menciuminya adalah salah satu momen yang paling membahagiakan untuk saya.

Waktu lain yang Zahra senangi untuk mendapat dekapan adalah waktu bangun tidur. Biasanya dia tidak langsung ON. Jadi, Zahra membutuhkan beberapa saat untuk dipeluk, sambil dibelai-belai dan dicium. Atau bahkan, dia hanya ingin dipeluk.

Atau, saat-saat kapanpun saya atau Zahra ingin peluk dan cium, maka saat itulah saya memeluk dan menciumnya. Bagi kami, tiada hari tanpa peluk dan ciuman. You know what, hugs and kisses can heal the pain. Bahkan ketika anak melakukan kesalahan kemudian menangis, pelukan dapat menentramkan hatinya dan hati seorang ibu. InsyaAllah, anak pun bisa menerima jika dinasehati sambil didekap atau ditatap matanya dengan lembut. Well, saya sih ibu yang galak sebenarnya, hehehe...

**
Membaca Buku.

Membaca adalah salah satu hobi Zahra. Lebih tepatnya, dibacakan buku. Zahra memiliki banyak buku karena saya mencoba semaksimal mungkin membiasakan Zahra membaca sedari kecil. Membaca adalah jendela ilmu, dan ilmu adalah cahaya...

Zahra sering meminta saya untuk membacakan buku-bukunya. Karena saya sering malas, saya biasanya hanya membacakan beberapa buku. Sisanya Zahra sendiri yang "membaca". Biasanya dia pandangi gambar-gambarnya dalam waktu lama sebelum membalik halaman tersebut ke halaman berikutnya.

**

Bercerita.

Salah satu kegiatan favorit Zahra adalah mendengarkan cerita. Bisa dari buku, atau cerita karangan saya sendiri. Kadang bercerita di kamar/tempat tidur, kadang sambil mandi, kadang sambil makan, dan kadang bercerita adalah jurus mujarab untuk membangunkan Zahra di pagi hari.

Cerita yang saya sampaikan kadang kisah-kisah, namun lebih sering cerita remeh temeh, seperti anak burung dan mamah (induk) burung yang bangun di pagi hari, metamorfosis katak dengan ilustrasi sederhana, ayamnya aki di Indonesia, kucingnya mamah waktu kecil, atau apapun itu. Bagi seorang anak, cerita-cerita tersebut ternyata menggugah minatnya.

Oh ya, Zahra juga enjoy jika mamahnya bercerita sambil pura-pura menjadi ibu guru. Kalau ada bapak, biasanya bapak pura-pura jadi salah satu murid. Yang saya ingat, saya bercerita tentang kisah Nabi Sulaiman. Sebelum bercerita, saya mengawalinya dengan khutbatul hajjah. Itu lho bacaan yang sering diucapkan ustadz kalau mau ceramah : "...innal hamda lillaah, dst..." Wah, Zahra senang sekali. Nanti Zahra akan menagih mamahnya untuk mengulang lagi, "Ayo mah, mamah seperti ustadz...." Hehehehe...

***

Apa lagi ya....? Udah dulu kali yaa.... Capek nih mengarang indahnya ^_^

Doha, 24 Jumadil Tsani 1432 H / 28 Mei 2011

Photo : morgue****













Waktu-waktu Bersama Zahra


Sebenarnya momen-momen di bawah sudah terlewati. Sekarang Zahra berusia 4 tahun. Kalau tidak salah, momen-momen di bawah terjadi di usia Zahra 2-3 tahun. Momen-momen lain saya bersama Zahra, insyaAllah bisa diintip dalam rangkaian tulisan "Celoteh Zahra" dan tulisan-tulisan lain di blog ini.

------------


Bersama Kecoa

Saya sebenernya jijik sama kecoa. Tapi saya berusaha supaya Zahra 'gak takut sama kecoa. Jadi, habis kecoanya dipukul babak belur, kami sama-sama memperhatikan lebih dekat kecoa itu. Zahra kelihatan have fun memperhatikan kecoa lebih dekat. Kadang dipindahkan ke tisu dan dibawa-bawa sampe bosen. Alhamdulillah, kecoa di tempat tinggal kami kecil-kecil dan agak bule...tidak terlalu menjijikan dibanding kecoa pada umumnya yang membuat saya jijik. Hehehehe....



Bebek Kwek Kwek*

Tabiat anak, kalau disuruh mandi suka susah. Selain menyediakan berbagai mainan di kamar mandi, cara lain adalah mengganti kata mandi dengan "main air". Supaya tidak bosan, variasi lain adalah membuat "tarian" dan "nyanyian" yang berupa gerakan lucu di dalam kamar mandi. Maka, jangan segan-segan belagak seperti badut, 2 tangan di pinggang, pantat (maaf) mundur ke belakang, lalu goyang-goyang ke kiri dan kanan, sambil mengarang lagu sendiri, "Bebek...kwek...kwek... (3x). Bebek! Bebek! Bebek!". Semakin cepat tempo lagu, semakin cepat goyang-goyangnya. Zahra pun gembira, tertawa kesenangan.... ^_^


*Eniwei, jurus bebek ini kadang-kadang masih saya pake. Untuk Zahra, masih tetep fun sambil meniru mamanya dan bergoyang bersama...

-----


Aku Kelinci

Oh ya, selain jurus "bebek kwek kwek", kami juga punya lagu lain karangan sendiri. Gayanya tetep sama kayak "bebek kwek kwek", bedanya yang ini tangannya (kedua telunjuk) di atas kepala sambil bernyanyi, "Aku kelinci...aku kelinci....aku kelinci.... Kelinci! Kelinci!!" Kata kelinci, bisa diganti dengan binatang lain yang Zahra sukai. Goyangnya? Tetep doong.... ^_^


Photo : inima****

Celoteh Zahra (9) : Membuat Donat


Salah satu aktivitas yang Zahra (4 tahun) sukai adalah membantu mamah di dapur, terutama saat membuat kue. Mamah bukanlah orang yang rajin dan pandai membuat kue. Tapi sesekali (jarang) mencoba membuat pizza dan donat. Tentunya Zahra suka mencampur bahan-bahannya dan mengacak-acak adonannya. Kalau sudah siap, Zahra melatih diri membentuk adonan tersebut menjadi bulat pipih (untuk pizza) dan bulat berlubang (untuk donat).

Kala itu, Zahra begitu kebelet ingin membuat donat. Walaupun sebenarnya letih, akhirnya mamah pun beranjak diri untuk membuat donat. Tokh, bahan-bahannya sudah lengkap, pikir mamah. Satu per satu pun bahan disiapkan. Zahra dengan antusias mencampur bahan-bahan tersebut, hingga mamah bingung karena tidak menemukan fermipan (ragi instan). Dicari, dicari, dan dicari. Mamah yakin masih memiliki fermipan. Terbayang bungkus kecilnya berwarna coklat bergambar roti. Tapi kok tidak ada?

"Zahra....yaahhh....kok ragi instannya tidak ada.....?" mamah mulai cemas.

Zahra terdiam menangkap kecemasan mamah. "Aku mau buat donaat...," kata Zahra.

Mamah tetap mencari-cari, tidak percaya kalau di dapurnya tidak ada ragi instan sedikit pun.

"Zahra, ragi instannya tidak ada. Kita tidak bisa membuat donat... Aduh, mamah sediih..." kata mamah.

"Aku juga sediih.... Aku mau buat donaat.... Tidak usah pake ragi instan...," respon Zahra.

"Ya tidak bisa, Zahra. Donat 'kan harus pake ragi instan. Kalau tidak pake, ya tidak jadi donat. Nanti ya, tunggu bapak pulang. Nanti minta tolong bapak untuk beli ragi instan dulu..." jelas mama.

Zahra tampak kecewa karena keinginannya menggebu-gebu membuat donat dan mengacak-acak adonan pupus sudah.

Mamah pun pasrah karena memang tidak bisa menemukan fermipan. Mamah mengembalikan isi laci dapur tersebut ke tempat semula. Masih penasaran, mamah membuka toples plastik mungil.

"Zahraaaa..... Sudah ketemu!! Ragi instannya ada! Kita bisa membuat donat...!!"

Ternyata mamah memang masih punya ragi instan, tapi bukan merk fermipan, dan tidak dalam bungkusan khas fermipan berwarna coklat. Mamah ingat, bahwa bungkusan ragi instannya robek, kemudian memindahkannya ke toples mungil.

"Terima kasih, mamah, sudah tidak membuat Zahra sedih lagiii....!" teriak Zahra dengan riang dan penuh kebahagiaan. Terpancar senyuman yang indah ke arah mamah dengan mata berbinar-binar.

Mamah tersenyum mendengarnya. Melihat kebahagiaan yang terpancar dan ucapan terima kasih yang begitu tulus. Sungguh polosnya anak ini, pikir mamah...

Akhirnya, dengan semangat '45 Zahra menguleni adonan bersama mamah. Well, setelah kejadian donat itu, mamah terkapar di tempat tidur selama 2 hari karena terlalu letih....

^_*

Doha, 23 Jumadil Tsani 1432 H / 27 Mei 2011


Celoteh Zahra (8) : Ingin Jadi Mamah


Tadi malam, Zahra (4 tahun) diajak bapak pergi belanja ke Almeera. Pulang dari Almeera, bapak cuci piring, lalu membersihkan ikan-ikan yang bapak beli di Almeera untuk kemudian dimasukkan ke dalam freezer di dalam kantung-kantung plastik khusus.

Zahra : "Bapak sedang apa?"
Bapak : "Sedang membersihkan ikan"
Zahra : "Nanti bapak ajari Zahra, ya, cara membersihkan ikan. Kalau Zahra sudah bisa, biar Zahra saja yang nanti membersihkan ikannya..."

Kami orang tua Zahra sangat bahagia dan terselip rasa bangga, bahwa di usianya 4 tahun, Zahra memang senang memperhatikan lingkungan serta senang dengan tugas dan tanggung jawab. Ia senang "membantu" orang tuanya dalam banyak hal, misalnya menyapu, mengepel, membuat orak-arik telur, mengambil beras untuk dimasak, mengupas bawang, memotong sayuran, mencuci piring, memindahkan peralatan makan yang sudah bersih dari dishwasher, mengeluarkan baju-baju bersih dari mesin cuci, menjemur baju-baju tersebut, mengangkat pakaian dari jemuran, melipat pakaian-pakaian tersebut, pura-pura menyetrika, memasukkan mainan dan buku-buku ke tempat semula, dan lain-lain. Tak perlu ditanya bagaimana kualitas hasil kerjanya karena itu tidak penting. Yang terpenting adalah Zahra memiliki keinginan untuk membantu orang tuanya dan menyukai tugas-tugas serta tanggung jawab di usianya yang masih belia. Mamah pernah bertanya, "Zahra kalau sudah besar mau jadi apa? Jadi ibu guru atau jadi dokter?" Zahra menjawab, "Mau jadi mamah..."

What a good beginning. InsyaAllah...


Doha, 21 Jumadil Tsani 1432 H / 25 Mei 2011

Photo : Sung Il-Kim | Corb**

Bukan Permata Biasa


Di Madinah ada seorang wanita cantik shalihah lagi bertakwa. Bila malam mulai merayap menuju tengahnya, ia senantiasa bangkit dari tidurnya untuk shalat malam dan bermunajat kepada Allah. Tidak peduli waktu itu musim panas ataupun musim dingin, karena disitulah letak kebahagiaan dan ketentramannya. Yakni pada saat dia khusyu’ berdoa, merendah diri kepada sang Pencipta, dan berpasrah akan hidup dan matinya hanya kepada-Nya.

Dia juga amat rajin berpuasa, meski sedang bepergian. Wajahnya yang cantik makin bersinar oleh cahaya iman dan ketulusan hatinya. Suatu hari datanglah seorang lelaki untuk meminangnya, konon ia termasuk lelaki yang taat dalam beribadah. Setelah shalat istiharah akhirnya ia menerima pinangan tersebut. Sebagaimana adat kebiasaan setempat, upacara pernikahan dimulai pukul dua belas malam hingga adzan subuh. Namun wanita itu justru meminta selesai akad nikah jam dua belas tepat, ia harus berada di rumah suaminya. Hanya ibunya yang mengetahui rahasia itu. Semua orang ta’jub. Pihak keluarganya sendiri berusaha membujuk wanita itu agar merubah pendiriannya, namun wanita itu tetap pada keinginannya, bahkan ia bersikeras akan membatalkan pernikahan tersebut jika persyaratannya ditolak. Akhirnya walau dengan bersungut pihak keluarga pria menyetujui permintaan sang gadis.

Waktu terus berlalu, tibalah saat yang dinantikan oleh kedua mempelai. Saat yang penuh arti dan mendebarkan bagi siapapun yang akan memulai hidup baru. Saat itu pukul sembilan malam. Doa ‘Barakallahu laka wa baaraka alaika wa jama’a bainakuma fii khairin’ mengalir dari para undangan buat sepasang pengantin baru. Pengantin wanita terlihat begitu cantik. Saat sang suami menemui terpancarlah cahaya dan sinar wudhu dari wajahnya. Duhai wanita yang lebih cantik dari rembulan, sungguh beruntung wahai engkau lelaki, mendapatkan seorang istri yang demikian suci, beriman dan shalihah.

Jam mulai mendekati angka dua belas, sesuai perjanjian saat sang suami akan membawa istri ke rumahnya. Sang suami memegang tangan istrinya sambil berkendara, diiringi ragam perasaan yang bercampur baur menuju rumah baru harapan mereka. Terutama harapan sang istri untuk menjalani kehidupan yang penuh dengan keikhlasan dan ketakwaan kepada Allah.

Setibanya disana, sang istri meminta ijin suaminya untuk memasuki kamar mereka. Kamar yang ia rindukan untuk membangung mimpi-mimpinya. Dimana di kamar itu ibadah akan ditegakkan dan menjadi tempat dimana ia dan suaminya melaksanakan shalat dan ibadah secara bersama-sama. Pandangannya menyisir seluruh ruangan. Tersenyum diiringi pandangan sang suami mengawasi dirinya.

Senyumnya seketika memudar, hatinya begitu tercekat, bola matanya yang bening tertumbuk pada sebatang mandolin yang tergeletak di sudut kamar. Wanita itu nyaris tak percaya. Ini nyatakah atau hanya fatamorgana? Ya Allah, itu nyanyian? Oh bukan, itu adalah alat musik. Pikirannya tiba-tiba menjadi kacau. Bagaimanakah sesungguhnya kebenaran ucapan orang tentang lelaki yang kini telah menjadi suaminya. Oh…segala angan-angannya menjadi hampa, sungguh ia amat terluka. Hampir saja air matanya tumpah. Ia berulang kali mengucap istighfar, Alhamdulillah ‘ala kulli halin. “Ya bagaimanapun yang dihadapi alhamdulillah. Hanya Allah yang Maha Mengetahui segala kegaiban.”

Ia menatap suaminya dengan wajah merah karena rasa malu dan sedih, serta setumpuk rasa kekhawatiran menyelubung. “Ya Allah, aku harus kuat dan tabah, sikap baik kepada suami adalah jalan hidupku.” Kata wanita itu lirih di lubuk hatinya. Wanita itu berharap, Allah akan memberikan hidayah kepada suaminya melalui tangannya.

Mereka mulai terlibat perbincangan, meski masih dibaluti rasa enggan, malu bercampur bahagia. Waktu terus berlalu hingga malam hampir habis. Sang suami bak tersihir oleh pesona kecantikan sang istri. Ia bergumam dalam hati, “Saat ia sudah berganti pakaian, sungguh kecantikannya semakin berkilau. Tak pernah kubayangkan ada wanita secantik ini di dunia ini.” Saat tiba sepertiga malam terakhir, Allah ta’ala mengirimkan rasa kantuk pada suaminya. Dia tak mampu lagi bertahan, akhirnya ia pun tertidur lelap. Hembusan nafasnya begitu teratur. Sang istri segera menyelimutinya dengan selimut tebal, lalu mengecup keningnya dengan lembut. Setelah itu ia segera terdorong rasa rindu kepada mushalla-nya dan bergegas menuju tempat ibadahnya dengan hati melayang.

Sang suami menuturkan, “Entah kenapa aku begitu mengantuk, padahal sebelumnya aku betul-betul ingin begadang. Belum pernah aku tertidur sepulas ini. Sampai akhirnya aku mendapati istriku tidak lagi disampingku. Aku bangkit dengan mata masih mengantuk untuk mencari istriku. Mungkin ia malu sehingga memilih tidur di kamar lain. Aku segera membuka pintu kamar sebelah. Gelap, sepi tak ada suara sama sekali. Aku berjalan perlahan khawatir membangunkannya. Kulihat wajah bersinar di tengah kegelapan, keindahan yang ajaib dan menggetarkan jiwaku. Bukan keindahan fisik, karena ia tengah berada di peraduan ibadahnya. Ya Allah, sungguh ia tidak meninggalkan shalat malamnya termasuk di malam pengantin. Kupertajam penglihatanku. Ia rukuk, sujud dan membaca ayat-ayat panjang. Ia rukuk dan sujud lama sekali. Ia berdiri di hadapan Rabbnya dengan kedua tangan terangkat. Sungguh pemandangan terindah yang pernah kusaksikan. Ia amat cantik dalam kekhusyu’annya, lebih cantik dari saat memakai pakaian pengantin dan pakaian tidurnya. Sungguh kini aku betul-betul mencintainya, dengan seluruh jiwa ragaku.”

Seusai shalat ia memandang ke arah suaminya. Tangannya dengan lembut memegang tangan suaminya dan membelai rambutnya. Masya Allah, subhanallah, sungguh luar biasa wanita ini. Kecintaannya pada sang suami, tak menghilangkan kecintaannya kepada kekasih pertamanya, yakni ibadah. Ya, ibadah kepada Allah, Rabb yang menjadi kekasihnya. Hingga bulan kedepan wanita itu terus melakukan kebiasaannya, sementara sang suami menghabiskan malam-malamnya dengan begadang, memainkan alat-alat musik yang tak ubahnya begadang dan bersenang-senang. Ia membuka pintu dengan perlahan dan mendengar bacaan Al-Qur’an yang demikian syahdu menggugah hati. Dengan perlahan dan hati-hati ia memasuki kamar sebelah. Gelap dan sunyi, ia pertajam penglihatannya dan melihat istrinya tengah berdoa. Ia mendekatinya dengan lembut tapi cepat. Angin sepoi-sepoi membelai wajah sang istri. Ya Allah, perasaan laki-laki itu bagai terguyur. Apalagi saat mendengar istrinya berdoa sambil menangis. Curahan air matanya bagaikan butiran mutiara yang menghiasi wajah cantiknya.

Tubuh lelaki itu bergetar hebat, kemana selama ini ia pergi, meninggalkan istri yang penuh cinta kasih? Sungguh jauh berbeda dengan istrinya, antara jiwa yang bergelimang dosa dengan jiwa gemerlap di taman kenikmatan, di hadapan Rabbnya.

Lelaki itu menangis, air matanya tak mampu tertahan. Sesaat kemudian adzan subuh. Lelaki itu memohon ampun atas dosa-dosanya selama ini, ia lantas menunaikan shalat subuh dengan kehusyuan yang belum pernah dilakukan seumur hidupnya.

Inilah buah dari doa wanita shalihah yang selalu memohonkan kebaikan untuk sang suami, sang pendamping hidup.

Beberapa tahun kemudian, segala wujud pertobatan lelaki itu mengalir dalam bentuk ceramah, khutbah, dan nasihat yang tersampaikan oleh lisannya. Ya lelaki itu kini telah menjadi da’i besar di kota Madinah.

Memang benar, wanita shalihah adalah harta karun yang amat berharga dan termahal bagi seorang lelaki bertakwa. Bagi seorang suami, istri shalihah merupakan permata hidupnya yang tak ternilai dan “bukan permata biasa”

https://enkripsi.wordpress.com/2011/04/06/bukan-permata-biasa/

Photo : morgue****