Kehebatan Tauhid


Tauhid secara istilah adalah :” Mengesakan Allah dengan sesuatu yang merupakan kehususan-Nya “. (Al Qulul Mufid, hal. 5).

Tauhid terbagi menjadi tiga :

1. Tauhid Rububiyyah yaitu mengesakan Allah dalam perbuatan-perbuatan-Nya, seperti tidak ada yang mematikan, menghidupkan, memberi rizki, mengetahui yang ghaib, menciptakan, mengatur alam kecuali Allah saja.

2. Tauhid Asma wassifat yaitu mengimani bahwa Allah mempunyai nama-nama dan sifat yang sempurna yang tidak terbilang jumlahnya.

3. Tauhid Uluhiyah yaitu mengesakan Allah dalam perbuatan hamba seperti do’a, tawakkal, shalat, puasa, dan ibadah lainnya yang merupakan perbuatan hamba.


Kedudukan Tauhid

Tauhid mempunyai kedudukan yang sangat agung dalam agama islam, diantara kehebatan-kehebatan tauhid adalah antara lain :

1.Tauhid adalah hikmah diciptakannya langit dan bumi

Ibnul Qayyim berkata setelah membawakan beberapa Ayat :” Allah memberitakan bahwa tujuan penciptaan adalah agar dikenal nama-nama dan sifat-Nya, hanya Dia yang disembah dan tidak disekutukan “. (Ad Da’ waddawa, hal 196).

2. Tauhid adalah sebab diutusnya para Rosul, pembuka dan inti dakwah mereka.

Firman Allah :

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُوْلاً أَنِ اعْبُدُوْا اللهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوْتَ

“ Dan sesungguhnya kami telah rosul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan) :” sembahlah Allah saja dan jauhi thoghut…”. (QS 16:36).

3. Tauhid adalah sebab diturunkannya kitab-kitab Allah.

Firman-Nya :

الر كِتاَبٌ أُحْكِمَتْ ءَايَاتُهُ ثُمَّ فُصِّلَتْ مِنْ لَدُنْ حَكِيْمٍ خَبِيْرٍ . أَلاَّ تَعْبُدُوْا إِلاَّ اللهَ ِإنَّنِيْ لَكُمْ مِنْهُ نَذِيْرٌ وَبَشِيْرٌ.

“ Alif laam raa. (inilah) suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi serta dijelaskan secara terperinci yang diturunkan dari sisi (Allah) yang Maha Bijaksana lagi Maha Tahu. Agar kamu tidak menyembah selain Allah, sesungguhnya aku (Muhammad) adalah pemberi peringatan dan pembawa kabar gembira kepada kalian”. (QS 11:1-2).

4. Tauhid adalah tujuan penciptaan manusia.

وَمَا خَلَقْتُ الجِنَّ وَالإِنْسَ إِلاَّ لِيَعْبُدُوْنِ

“ Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali agar Mereka menyembahku (saja) “. (QS 51:56).

Ibnu Katsir berkata pada tafsir ayat ini :” Makna ayat ini, bahwa Allah Ta’ala menciptakan seluruh hamba agar mereka beribadah kepada-Nya semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. barang siapa yang mentaati-Nya niscaya Dia membalasnya dengan balasan yang paling sempurna. Tetapi barang siapa bermaksiat kepada-Nya, niscaya Dia menyiksanya dengan siksaan yang sangat pedih”.

5. Tauhid adalah ruh dari syari’at seluruh Nabi.

Seluruh Nabi dan Rosul semenjak zaman Nabi Adam sampai Nabi Muhammad sallallahu’alaihi wasallam menyeru kepada tauhid, walaupun syari’at mereka berbeda (QS 16:36 lihat point kedua).

6. Tauhid adalah kewajiban pertama dan terakhir kali atas mukallaf.

Rosulullah Sallalahu’alaihi wasalam bersabda yang artinya :” Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka bersyahadat laailahaillallah dan muhamad rosulullah, mendirikan shalat, dan membayar zakat. Jika mereka telah melakukannya, mereka telah menjaga darah, dan harta meeka dariku, kecuali dengan hak islam dan perhitungan mereka disisi Allah”. (Mutafaq ‘alaih).

Imam Ibnu Abil’Izz berkata :” Oleh sebab inilah yang benar bahwa kewajiban pertama kali atas seorang mukallaf adalah syahadat “ laa ilaaha illallaah” Sehingga tauhid merupakan kewajiban pertama kali dan terakhir kali sebagaimana sabda Nabi Sallallahu ’alaihi wasallam : من كان أخر كلامه لا إله إلا الله دخل الجنة

“ Barang siapa akhir perkataannya laa ilaaha illallah niscaya dia masuk surga “. (HR Muslim). (Minhatul ilahiyyah hal 45).

7. Tauhid merupakan syarat diterimanya amalan.

Allah Subhaanahu wa Ta’ala berfirman :

وَلَوْ أَشْرَكُوْا لَحَبِطَ عَنْهُمْ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ

“ Seandainya mereka menyekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan”. (QS 6:88)

Syeikh Abdurrahman bin Nashr As Sa’dy berkata dalam menafsirkan ayat ini :” Sesungguhnya syirik itu melenyapkan amalan dan menyebabkan kekal di dalam neraka”. (Taisiir karimir Rahman).

8. Tauhid menjadikan harta dan darah seseorang terjaga.

Rosulullah Sallallahu ’alaihi wasallam bersabda :” Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka bersyahadat laa ilaaha illallah dan Muhammad Rosulullah, menegakkan shalat dan membayar zakat, jika mereka telah melakukannya, terjagalah harta dan darah mereka dariku kecuali dengan hak islam dan hisabnya disisi Allah (Muttafaq ‘alaih).

9. Orang yang bertauhid akan mendapatkan syafa’at Rosulullah.

Abu Hurairah berkata :” ya Rosulallah , siapakah orang yang paling berbahagia mendapatkan syafa’at anda pada hari kiamat ? Beliau bersabda :” Aku telah menyangka hai Abu Hurairah bahwa tidak ada seorangpun mendahuluimu bertanya kepadaku tentang hadits ini, karena aku telah melhat semagatmu terhadap hadits , orang yang paling berbahagia mendapatkan syafa’atku pada hari kiamat adalah orang yang mengatakan laa ilaaha illallah secara ikhlas dari hatinya “. (HR Bukhary).

10. Tauhid adalah hak Allah yang menjadi kewajiban hamba.

Rosulullah Sallallahu ’alaihi wasallam bertanya kepada Mu’adz :” Tahukah engkau apakah hak Alah yang menjadi kewajiban seluruh hamba ? jawab mu’adz :” Allah dan Rosul-Nya lebih Tahu”. Beliau bersabda :” Sesuangguhnya hak Allah yang menjadi kewajiban seluruh hamba adalah agar mereka beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun “. (Muttafaq ‘alaih).

11. Tauhid merupakan sarana jalan menuju surga.

Nabi bersabda :” Barang siapa bersaksi laa ilaaha illallah dan bahwa Muhammad adalah hamba dan Rosul-Nya, dan bahwa Isa adalah hamba-Nya dan Rosul-Nya dan kalimat-Nya yang Dia berikan kepada Maryam, serta Ruh ciptaan-Nya, dan bahwa sorga benar-benar ada, dan bahwa neraka benar-benar ada, niscaya Allah masukkan ke dalam sorga sesuai dengan amalannya “. (HR Bukhary).

12. Tauhid merupakan jalan keselamatan dari api neraka.

Nabi Sallallahu ’alaihi wa sallama bersabda :

فإن الله حرم على النار من قال لا إله إلا الله يبتغي بذلك وجه الله

“ Sesungguhnya Allah mengharamkan atas neraka terhadap orang yang berkata laa ilaaha illallah karena berharap wajah Allah “. (Muttafaq ‘alaih).

13. Tauhid merupakan perkara pertama kali yang harus didakwahkan.

Perkara yang pertama kali didakwahkan oleh setiap Nabi dan Rosul adalah memurnikan kalimat laa ilaaha illallah, Nabi Sallallahu’alaihi wasallam pertama kali dakwah di makkah adalah memurnikan tauhid, dan itu pula yang beliau perintahkan kepada para sahabatnya, beliau bersabda kepada Mu’adz ketika hendak mengutusnya ke Yaman :” Sesungguhnya engkau akan mendatangi kaum ahli kitab, maa jadikanlah yang pertama kali engkau serukan adalah laa ilaaha illallah…. “. (Muttafaq ‘alaih).

Mungkin ada orang berkata kepada anda :” bukankah pada zaman sekarang kita berdakwah kepada kaum muslimin ?” maka jawablah :” betul, akan tetapi banyak kaum muslimin yang tidak memahami kalimat Laa illaha illallah, apa konskwensinya, syarat-syarat dan pembatal-pembatalnya, justru banyak kaum muslimin yang jatuh kedalam pembatal laa ilaaha illalah.

Kenyataan membuktikan banyak kaum muslimin yang mengambil jimat-jimat untuk menolak marabahaya, perdukunanpun merajalela, banyak pula yang berdo’a dikuburan, thawaf disekitarnya dan berharap keberkahan dari tanahnya, diantara mereka ada yang memberikan sesajen kepada para jin, menyembelih untuk para arwah dan fenomena kesyirikan lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa mereka tidak memahami yang diinginkan oleh laa ilaaha illallah.

Kaum musyrikin terdahulu tidak mau mengucapkan laa ilaaha illallah karena mereka mengetahui dan memahami apa yang diinginkan dari kalimat laa ilaha illalah, bahkan ketika ditimpa marabahaya mereka mengihlaskan do’a kepada Allah. Berbeda dengan kaum muslimin zaman sekarang yang setiap harinya mengucapkan laa ilaaha illalah lebih dari 10 kali tapi ketika ditimpa musibah atau kesenangan mereka pergi ke dukun, tempat-tempat keramat, kuburan dan tempat lainnya dengan hati yang khusyu’ dan tunduk, dimana kekhusyuan dan ketundukkan tersebut tidak didapati pada mereka ketika di masjid atau shalat atau ibadah lainnya yang ditujukan hanya kepada Allah dan sesuai dengan syari’at Rosulullah.

Hal ini menunjukkan bahwa dakwah tauhid Pada zaman ini harus di utamakan dan diseruakan ketengah-tengah kaum muslimin.

14. Tauhid adalah millah nabi Ibrahim yang luruh yang harus diikuti.

ثُمَّ أَوْحَيْناَ إِلَيْكَ أَنِ اتَّبِعْ مِلَّةَ إِبْرَاهِيْمَ حَنِيْفاً وَمَا كَانَ مِنَ المُشْرِكِيْنَ .

“ Kemudian Kami wahyukan kepadamu (muhammad) :” Ikutilah agama Ibrahim seorang yang hanif dan dia bukanlah termasuk orang-orang yang menyekutukan (Allah) “. (An Nahl : 123).

15. Syirik adalah perkara yang dikhawatirkan oleh Nabi Ibrahim ‘alaihissalaam.

وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيْمُ رَبِّ اجْعَلْ هَذَا البَلَدَ ءَامِنًا وَاجْنُبْنِيْ وَبَنِيَّ أَنْ نَعْبُدَ الأَصْناَمَ

“ Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata :” Ya Rabbku, jadikanlah negri ini (makah) negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku dari menyembah berhala “. (QS 14 : 35).

Perhatikanlah, apabila Nabi Ibrahim yang telah Allah jamin masih takut terjerumus ke dalam kesyirikan, bagaimana halnya dengan kita yang tidak dijamin, maka hendaknya kita lebih takut lagi dan jangan merasa aman dari makar iblis dan tentaranya. Karena makar iblis itu lebih lembut dari sutra, menggiring seorang hamba sedikit demi sedikit hingga terjerumus kedalamnya. Wallahul musta’an.

16. Tauhid adalah keadilan yang terbesar, sebagaimana syirik adalah kezaliman yang terbesar.

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata :” Allah memberitakan bahwa Dia telah mengutus Rasul-rasul-Nya dan menurunkan Kitab-kitabNya supaya manusia dapat melaksanakan al qisth yaitu keadilan, termasuk keadilan yang terbesar adalah tauhid, ini adalah puncak dan tonggak keadilan. Sedangkan syirik adalah kezaliman, Allah Ta’ala berfirman :

إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيْمٌ

“ Sesungguhnya syirik itu adalah benar-benar kezaliman yang besar “. (QS 31 : 13).

Maka syirik adalah kezaliman yang terbesar sedangkan tauhid adalah keadilan yang paling adil “. (Ad Daa Wad Dawaa, hal. 196-197).

17. Tauhid menggugurkan dosa-dosa.

Dari Anas bin Malik radliyallahu ‘anhu dia berkata : Aku mendengar Rosulullah Sallallahu’alaihi wasallam bersabda :” Allah Tabaraka wata’ala berfirman :” Wahai anak Adam, sesungguhnya selama kamu berdo’a dan mengharap kepadaKu, niscaya Aku mengampuni dosa yang ada padamu, dan Aku tidak peduli. Wahai anak Adam, seandainya dosa-dosamu mencapai awan dilangit, kemudian kamu memohon ampun kepadaKu niscaya Aku mengampunimu. Wahai anak Adam, sesungguhnya jika kamu menghadapku dengan membawa dosa sepenuh bumi, kemudian menemuiKu dalam keadaan kamu tidak menyekutukan sesuatupun denganKu niscaya Aku menemuimu dengan ampunan seperti itu juga “.(HSR Tirmidzy).

18. Orang yang merealisasikan tauhid secara sempurna akan masuk surga tanpa hisab dan adzab.

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh imam Bukhary dan Muslim, Rosulullah sallalahu’alaihi wasallam mengabarkan bahwa akan ada 70.000 orang dari umatnya yang masuk surga tanpa hisab dan adzab, kemudian beliau menyebutkan sifat-sifatnya yaitu :

tidak minta dirukyah (jampi).

Tidak thathoyyur (meyakini kesialan pada sesuatu baik berupa benda, burung ataupun lainnya).

Tidak berobat dengan cara kayy (besi yang panaskan).

Hanya bertawakkal kepada Allah.

Hadits tersebut menunjukkan bahwa tauhid mereka benar-benar sempurna tauhidnya karena, jika perkara-perkara kecil tersebut ditinggalkan lebih lebih perkara yang lebih besar dari hal tersebut.

19. orang yang bertauhid akan mendapatkan petunjuk dan keamanan.

الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا وَلَمْ يَلْبِسُوْا إِيْمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَئِكَ لَهُمُ الأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُوْنَ.

“Orang-orang beriman dan tidak mencampur adukkan Iman mereka dengan kezaliman (syirik), maka itulah orang-orang yang mendapatkan keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapatkan petunjuk”.

(QS Al An’am : 82).

20. Orang yang mati dalam keadaan syirik dan tidak bertauhid tidak akan diampuni oleh Allah dan kekal selama-lamanya di dalam neraka.

إِنَّ اللهَ لاَ يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُوْنَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللهِ فَقَدْ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيْماً

“ Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan mengampuni segala dosa yang lebih rendah dari syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang mempersekutukan Allah, sungguh ia telah berbuat dosa yang besar “. (QS An Nisa : 48).

Rosulullah sallallahu ‘alaihi wa sallama bersabda :” Kezaliman itu ada tiga ; kezaliman yang tidak diampuni oleh Allah, kezaliman yang akan Allah ampuni dan kezaliman yang tidak akan Allah tinggalkan.

(1) Kezaliman yang tidak akan diampuni oleh Allah adalah syirik, lalu beliau membaca :” Sesungguhnya syirik itu kezaliman yang besar “. (QS 31 :13).

(2) Kezaliman yang akan Allah ampuni adalah kezaliman hamba terhadap dirinya sendiri di dalam (hak-hak) antara dia dengan Allah.

(3) Kezaliman yang tidak akan Allah tinggalkan adalah kezaliman hamba terhadap hamba lainnya sampai Allah urus perkara itu untuk sebagian mereka dari sebagian yang lain “. (HR Thayalisy dan Al Bazzar dan dihasankan oleh Syeikh Al Bany).

21. Seluruh al qur’an memuat tauhid.

Ibnul Qayyim berkata :” Sesungguhnya al qur’an itu memuat berita tentang Allah Ta’ala, nama-namaNya, sifat-sifatNya, perbuatan dan perkataannya.

Memuat seruan untuk beribadah kepadaNya dan meninggalkan kesyirikan, memuat perintah dan larangan dan ini adalah penyempurna tauhid, memuat berita tentang kemuliaan yang Allah berikan kepada ahli tauhid di dunia dan akhirat, dan kehinaan serta siksaan bagi mereka yang berbuat syirik dan meninggalkan tauhid, dan ini adalah balasan tauhid dan bahaya syirik.

Maka al qur’an itu seluruhnya tentang tauhid, hak-haknya, balasannya, dan tentang perkara syirik dan pelakunya serta balasannya “. (madarijussalikin 3/449).

22. Dan lain-lain.


Keterangan diatas menunjukkan kepada kita semua akan pentingnya masalah tauhid. Meremehkan masalah tauhid sama saja merapuhkan pondasi islam, maka ilmu tauhid adalah ilmu yang paling mulia karena didalamnya dipelajari tentang Allah pencipta alam semesta , dan kewajiban hamba kepada-Nya.


http://abuyahyabadrusalam.com/index.php?option=com_content&view=article&id=13:kehebatan-tauhid&catid=9:aqidah&Itemid=21

Photo : "Sub-trains of The Sunset" by Prozac1/freed******photos


Kalo Zahra Nyanyi

Beberapa bulan mbah Putri dan Mbah Kakung di Qatar, Zahra (3 tahun 7 bulan) dapat banyak lagu baru. Salah satunya yang ini nih.....

Dodoli dodoli plet
Suala mobilkuuu...
Lodanya dali kalet
Walnanya biluuu...
Dodoli dodoli plet
Nyetil sendiliii...Distop pak polisi
Haalus belentiii... *)


Doha, Nov-Des 2010
-Ummu Zahra-

*) Semua huruf "L" diganti "R" ya, om dan tante.... ^_*

Photo : dreamst***

KIsah Abdurrahman bin Auf

Ketika mendengar suara hiruk-pikuk, Aisyah sontak bertanya, “Apakah yang telah terjadi di kota Madinah?”

“Kafilah Abdurrahman bin Auf baru datang dari Syam membawa barang-barang dagangannya,” seseorang menjawab.

Ummul Mukminin berkata lagi, “Kafilah yang telah menyebabkan semua ini?”

“Benar, ya Ummul Mukminin. Karena ada 700 kendaraan.”

Aisyah menggeleng-gelengkan kepalanya. Pandangannya jauh menerawang seolah-olah hendak mengingat-ingat kejadian yang pernah dilihat dan didengarnya.

Kemudian ia berkata, “Aku ingat, aku pernah mendengar Rasululah berkata, `Kulihat Abdurrahman bin Auf masuk surga dengan perlahan-lahan.”

Sebagian sahabat mendengar itu. Mereka pun menyampaikannya kepada Abdurrahman bin Auf. Alangkah terkejutnya saudagar kaya itu. Sebelum tali-temali perniagaannya dilepaskan, ia segera melangkahkan kakinya ke rumah Aisyah.

“Engkau telah mengingatkanku sebuah hadits yang tak mungkin kulupa.” Abdurrahman bin Auf berkata lagi, “Maka dengan ini aku mengharap dengan sangat agar engkau menjadi saksi, bahwa kafilah ini dengan semua muatannya berikut ken¬daraan dan perlengkapannya, kupersembahkan di jalan Allah.”

Dan dibagikanlah seluruh muatan 700 kendaraan itu kepada semua penduduk Madinah dan sekitarnya. Sebuah infak yang mahabesar.

Abdurrahman bin Auf adalah seorang pemimpin yang mengendalikan hartanya. Bukan seorang budak yang diken¬dalikan oleh hartanya. Sebagai bukti, ia tidak mau celaka dengan mengumpulkan harta ke¬mudian menyimpannya. Ia mengumpulkan harta dengan jalan yang halal.

Kemudian, harta itu tidak ia nikmati sendirian. Keluarga, kaum kerabatnya, saudara-saudaranya dan masyarakat ikut juga menikmati kekayaan Abdurrahman bin Auf.

Saking kayanya Abdurrahman bin Auf, seseorang pernah berkata, “Seluruh penduduk Madinah bersatu dengan Abdur¬rahman bin Auf. Sepertiga hartanya dipinjamkan kepada mereka. Sepertiga lagi dipergunakannya untuk membayar utang-utang mereka. Dan sepertiga sisanya diberikan dan dibagi-bagikan kepada mereka.”

Abdurahman bin Auf sadar bahwa harta kekayaan yang ada padanya tidak akan mendatangkan kelegaan dan kesenangan pada dirinya jika tidak ia pergunakan untuk membela agama Allah dan membantu kawan-kawannya. Adapun, jika ia memikirkan harta itu untuk dirinya, ia selalu ragu saja.

Pada suatu hari, dihidangkan kepada Abdurahman bin Auf makanan untuk berbuka puasa. Memang, ketika itu ia tengah berpuasa. Sewaktu pandangannya jatuh pada hidangan tersebut, timbul selera makannya. Tetapi, beberapa saat kemudian ia malah menangis dan berkata, “Mush’ab bin Umair telah gugur sebagai seorang syahid. Ia seorang yang jauh lebih baik daripadaku. Ia hanya mendapat kafan sehelai burdah; jika ditutupkan ke kepalanya, maka kelihatan kakinya. Dan jika ditutupkan kedua kakinya, terbuka kepalanya.”

Abdurrahman bin Auf berhenti sejenak. Kemudian melanjutkan dengan suara yang juga masih terisak dan berat, “Demikian pula Hamzah yang jauh lebih baik daripadaku. Ia pun gugur sebagai syahid, dan di saat akan dikuburkan hanya terdapat baginya sehelai selendang. Telah dihamparkan bagi kami dunia seluas-luasnya, dan telah diberikan pula kepada kami hasil sebanyak-banyaknya. Sungguh kami khawatir telah didahulukan pahala kebaikan kami.”

Begitulah Abdurrahman bin Auf. Ia selalu takut bahwa hartanya hanya akan memberatkan dirinya di hadapan Allah. Ketakutan itu sering sekali, akhirnya menumpahkan air matanya. Padahal, ia tidak pernah mengambil harta yang haram sedikitpun.

Pada hari lain, sebagian sahabat berkumpul bersama Abdurrahman bin Auf menghadapi jamuan di rumahnya. Tak lama setalah makanan diletakkan di hadapan mereka, tiba-tiba ia kembali menangis. Sontak para sahabat terkejut. Mereka pun bertanya, “Kenapa kau menangis, wahai Abdurrahman bin Auf?”

Abdurrahman bin Auf sejenak tidak menjawab. Ia menangis tersedu-sedu. Sahabat benar-benar melihat bahwa be¬tapa halusnya hati seorang Abdurrahman bin Auf. Ia mudah tersentuh dan begitu penuh kekhawatiran akan segala apa yang diperbuatnya di dunia ini.

Kemudian terdengar Abdurrahman bin Auf menjawab, “Rasulullah saw. wafat dan belum pernah beliau berikut keluarganya makan roti gandum sampai kenyang. Apa harapan kita apabila dipanjangkan usia tetapi tidak menambah kebaikan?”

Jika sudah begini, bukan hanya Abdurrahman bin Auf yang menangis, para sahabat pun akan ikut menangis. Mereka adalah orang-orang yang hatinya mudah tersentuh, dekat dengan Allah dan tak pernah berhenti mengharap ridha Allah. (sa)

http://abaislamicschool.wordpress.com/category/kisah-teladan/

Meneladani Ibunda Anas bin Malik


Siapakah di antara kita yang mengenal Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu, pembantu setia Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan salah seorang sahabat dekat beliau?

Anas adalah satu dari tujuh sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dialah sahabat terakhir yang wafat di Bashrah setelah berumur lebih dari seratus tahun.

Ibarat perguruan tinggi, Anas bin Malik telah banyak “meluluskan” ulama-ulama hebat dalam sejarah. Sebut saja misalnya Hasan Al-Bashri, Ibnu Sirin, Asy-Sya’bi, Abu Qilabah, Makhul, Umar bin Abdul Aziz, Tsabit Al-Bunani, Ibnu Syihab Az-Zuhri, Qatadah As-Sadusi, dan lain-lain.

Sejak pertemuan pertamanya dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, Anas langsung jadi orang terdekatnya. Ia tak sekadar jadi pembantu setia Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lebih dari itu, ia seakan menjadi “asisten pribadi” beliau. Sebagai asisten pribadi, pasti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengkhususkan Anas dalam masalah-masalah tertentu yang tak diketahui sahabat lainnya.

Anas adalah sahabat yang beruntung berkat doa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau berdoa, “Ya Allah, perbanyaklah harta dan keturunannya, serta panjangkanlah usianya.” Berbekal doa nabawi tadi, terkumpullah padanya beberapa keistimewaan: usia yang panjang, anak yang banyak, harta yang melimpah, dan ilmu yang luas.

Konon, usianya mencapai 103 tahun. Anak keturunannya mencapai ratusan orang. Bahkan, menurut penuturan salah seorang putrinya yang bernama Umainah, sejak ayahnya berketurunan sampai setibanya Hajjaj bin Yusuf di Bashrah, sudah 129 orang dari anak cucunya yang dimakamkan.

Tentang kekayaannya, diriwayatkan bahwa Anas memiliki sebuah kebun yang menghasilkan buah-buahan dua kali dalam setahun, padahal kebun lain hanya sekali. Di samping itu, kebunnya juga menebarkan aroma kesturi yang semerbak.

Salah satu murid terdekatnya, Tsabit Al-Bunani, menuturkan, “Ada seseorang yang hendak menaksir tanah milik Anas. Maka orang itu bertanya, “Apakah tanah Tuan mengalami kekeringan?” Namun tanpa banyak bicara, Anas segera melangkahkan kakinya menuju sebuah tanah lapang. Ia kemudian shalat lalu mengangkat kedua tangannya sembari berdoa kepada Allah. Maka seketika itu muncullah sebongkah awan raksasa yang menyelimuti tanahnya. Sesaat kemudian hujan pun turun dengan derasnya hingga oase Anas penuh dengan air, padahal saat itu adalah musim kemarau. Anas kemudian mengutus sebagian keluarganya untuk mengecek sampai di manakah daerah yang terkena hujan tadi. Ternyata hujan tadi hampir tak melebihi tanah miliknya saja.”

Jelas, ini merupakan karamah Allah bagi Anas, dan kisah ini benar adanya karena diriwayatkan dari dua jalur yang berbeda dan keduanya shahih. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Adz-Dzahabi dalam Siyar-nya.

Di belakangnya ada Ummu Sulaim, Ibunya

Anak tidak lahir dari belahan batu. Kecerdasannya tidak muncul begitu saja. Ada peran besar dari Ummu Sulaim, ibunda Anas bin Malik, yang mewarnai kehidupan sang tokoh. Dalam Siyar-nya, Adz-Dzahabi meriwayatkan dengan sanadnya dari Anas.

Katanya, “Suatu ketika Nabi berkunjung ke rumah Ummu Sulaim. Begitu ibuku tahu akan kunjungan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia segera menyuguhkan kepadanya kurma dan minyak samin. ‘Kembalikan saja kurma dan minyak saminmu ke tempatnya semula, karena aku sedang berpuasa,’ kata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada ibuku. Setelah itu, Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam bangkit menuju salah satu sisi rumahku, kemudian shalat sunnah dua rakaat dan mendoakan kebaikan bagi Ummu Sulaim dan keluarganya.

Maka, ibu berkata kepada beliau, ‘Wahai Rasulullah, aku memiliki hadiah khusus bagimu.’ ‘Apa itu?’ tanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. ‘Orang yang siap membantumu, Anas,’ jawab ibu.

Seketika itulah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memanjatkan doa-doa untukku, hingga tak tersisa satu pun dari kebikan dunia dan akhirat melainkan beliau doakan bagiku. ‘Ya Allah, karuniailah ia harta dan anak keturunan, serta berkahilah keduanya baginya,’ kata Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam dalam doanya. Berkat doa inilah, aku menjadi orang Anshar yang paling banyak hartanya,” kata Anas mengakhiri kisahnya.

Dalam riwayat lainnya, Anas bin Malik menceritakan, “Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tiba di Madinah aku baru berumur delapan tahun. Waktu itu, ibu menuntunku menghadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam seraya berkata, ‘Wahai Rasulullah, tak tersisa seorang Anshar pun kecuali datang kepadamu dengan hadiah istimewa. Namun, aku tak mampu memberimu hadiah kecuali putraku ini, maka ambillah dia dan suruhlah dia membantumu kapan saja Anda inginkan.’”

Dikisahkan pula bahwa ketika itu, Ummu Sulaim menyarungi Anas dengan setengah jilbabnya, dan menyelendanginya dengan sebagian gaunnya, kemudian menghadiahkannya kepada Rasulullah.

Allahu Akbar!! Alangkah besar kecintaannya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallamhingga rela menghadiahkan buah hatinya yang baru berumur delapan tahun. Sungguh, sikapnya merupakan pelajaran berharga bagi setiap orang yang mendakwahkan “cinta Rasul”, namun enggan berkorban untuknya. Semoga Allah meridhaimu, wahai Ummu Sulaim.

Mengenal Ummu Sulaim

Ibnu Abdil Barr mengatakan bahwa para sejarawan berbeda pendapat mengenai nama Ummu Sulaim yang sebenarnya, apakah namanya Sahlah, Rumailah, Rumaitsah, Unaifah, ataukah Mulaikah? Akan tetapi, yang jelas julukannya ialah Rumaisha atau Ghumaisha’.

Ia termasuk salah satu wanita penghuni jannah, sebagaimana yang tersirat dalam hadits berikut,

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَأَيْتُنِيْ دَخَلْتُ الْجَنَّةَ فَإِذَا أَنَا بِالرُّمَيْصَاءِ امْرَأَةِ أَبِيْ طَلْحَةَ

Dari Jabir, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ketika aku masuk jannah, tiba-tiba aku melihat di sana ada Rumaisha’, istri Abu Thalhah.” (HR. Al-Bukhari).

وَعَنْ ثَابِتٍ عَنْ أَنَسٍ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ دَخَلْتُ الْجَنَّةَ فَسَمِعْتُ خَشْفَةً فَقُلْتُ مَنْ هَذَا قَالُوْا هَذِهِ الْغُمَيْصَاءُ بِنْتُ مِلْحَانِ أُمُّ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ

Dalam hadits Anas dikatakan, bahwa ketika masuk jannah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mendengar suara terompah seseorang. “Suara siapa ini?” tanya beliau. Kata para malaikat, “Itu suara Ghumaisha’ binti Milhan, ibunda Anas bin Malik.” (HR. Muslim).

Ummu Sulaim termasuk wanita yang cemerlang akalnya. Selain cerdas, ia juga penyabar dan pemberani. Ketiga sifat mulia inilah yang menurun kepada Anas dan mewarnai perangainya di kemudian hari. Ya, kecerdasan biasanya melahirkan kecerdasan, kesabaran melahirkan kesabaran, dan keberanian melahirkan keberanian.

Sebelum menikah dengan Abu Thalhah, suaminya ialah Malik bin Nadhar, ayah Anas. Ketika dakwah Islam terdengar oleh Ummu Sulaim, segeralah ia dan kaumnya menyatakan keislamannya. Ummu Sulaim kemudian menawarkan Islam kepada suaminya yang ketika itu masih musyrik. Namun di luar dugaan, Malik justru marah kepadanya dan meninggalkannya. Malik akhirnya pergi ke negeri Syam dan meninggal di sana.

Kecerdasan Ummu Sulaim

Setelah suami pertamanya mangkat, Ummu Sulaim menikah dengan Abu Thalhah. Ketika meminangnya, Abu Thalhah masih dalam keadaan musyrik. Sehingga Ummu Sulaim menolak pinangannya tersebut sampai Abu Thalhah mau masuk Islam. Anas mengisahkan cerita ini dari ibunya.

“Sungguh tidak pantas seorang musyrik menikahiku. Tidakkah engkau tahu, wahai Abu Thalhah, bahwa berhala-berhala sesembahanmu itu dipahat oleh budak dari suku anu,” sindir Ummu Sulaim. “Jika kau sulut dengan api pun, ia akan terbakar,” lanjutnya lagi.

Maka Abu Thalhah berpaling ke rumahnya. Akan tetapi, kata-kata Ummu Sulaim tadi amat membekas di hatinya. “Benar juga,” gumamnya. Tak lama kemudian, Abu Thalhah menyatakan keislamannya. “Aku telah menerima agama yang kau tawarkan,” kata Abu Thalhah kepada Ummu Sulaim. Maka berlangsunglah pernikahan mereka berdua. “Dan Ummu Sulaim tak meminta mahar apa pun selain keislaman Abu Thalhah,” kata Anas.

Ketabahan Ummu Sulaim

Dari pernikahannya dengan Ummu Sulaim, Abu Thalhah dikaruniai dua orang anak. Satu di antaranya amat ia kagumi, namanya Abu ‘Umair. Namun sayang, Abu ‘Umair tak berumur panjang. Ia dipanggil oleh Allah ketika masih kanak-kanak.

Anas bercerita, “Suatu ketika, Abu ‘Umair sakit parah. Tatkala azan isya berkumandang, seperti biasanya Abu Thalhah berangkat ke mesjid. Dalam perjalanan ke mesjid, anaknya (Abu ‘Umair) dipanggil oleh Allah.

Dengan cepat Ummu Sulaim mendandani jenazah anaknya, kemudian membaringkannya di tempat tidur. Ia berpesan kepada Anas agar tidak memberi tahu Abu Thalhah tentang kematian anak kesayangannya itu. Kemudian, ia pun menyiapkan hidangan makan malam untuk suaminya.

Sepulangnya dari mesjid, seperti biasa Abu Thalhah menyantap makan malamnya kemudian menggauli istrinya. Di akhir malam, Ummu Sulaim berkata kepada suaminya, “Bagaimana menurutmu tentang keluarga si fulan, mereka meminjam sesuatu dari orang lain, tetapi ketika diminta, mereka tidak mau mengembalikannya, merasa keberatan atas penarikan pinjaman itu.”

“Mereka telah berlaku tidak adil,” kata Abu Thalhah.

“Ketahuilah, sesungguhnya putramu adalah pinjaman dari Allah, dan kini Allah telah mengambilnya kembali,” kata Ummu Sulaim lirih.

Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un…. Segala puji bagi-Mu, ya Allah,” ucap Abu Thalhah dengan pasrah.

Keturunan yang diberkati

Selepas mengantarkan kepergian buah hatinya, keesokan harinya Abu Thalhah menghadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tatkala bertatap muka dengannya, beliau mengatakan, “Semoga Allah memberkati kalian berdua nanti malam.” Maka, malam itu juga Ummu Sulaim hamil lagi, mengandung Abdullah bin Abu Thalhah.

Setelah melahirkan bayinya, Ummu Sulaim menyuruh Anas menghadap Rasulullah dengan menggendong bayi mungil itu sambil membawa beberapa butir kurma ‘ajwah. Kata Anas, “Sesampaiku di rumah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, kudapati beliau sedang memberi cap pada untanya.”

“Wahai Rasulullah, semalam Ummu Sulaim melahirkan anaknya,” kataku. Maka beliau memungut kurma yang kubawa lalu mengunyahnya dengan air liur beliau, kemudian menyuapkan kepada si bayi. Bayi mungil itu mengulum kurma tadi dengan ujung lidahnya. Maka Rasulullah tersenyum sembari berkata, “Memang, makanan kesukaan orang Anshar adalah kurma.”

“Namailah dia, wahai Rasulullah,” pintaku kepadanya.

“Namanya Abdullah,” jawab Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Doa Rasulullah kepada Abu Thalhah ternyata tak sekadar menjadikannya punya anak. Akan tetapi, anak itu (Abdullah) kemudian tumbuh menjadi anak shalih yang dikaruniai tujuh orang keturunan yang shalih-shalih pula. Menurut penuturan salah seorang perawi yang bernama ‘Abayah, ketujuh anak Abdullah bin Abi Thalhah tadi telah khatam Al-Quran sewaktu masih kecil.

Keberanian Ummu Sulaim

Sosok wanita seperti Ummu Sulaim sulit dicari tandingannya. Selain cerdas dan penyabar, ia juga seorang pemberani. Anas menceritakan, bahwa suatu ketika Abu Thalhah berpapasan dengan Ummu Sulaim ketika perang Hunain. Ia melihat bahwa di tangannya ada sebilah pisau, maka Abu Thalhah segera melaporkan kepada Rasulullah perihal Ummu Sulaim, “Wahai Rasulullah, lihatlah Ummu Sulaim keluar rumah sambil membawa pisau,” kata Abu Thalhah.

“Wahai Rasulullah, pisau ini sengaja kusiapkan untuk merobek perut orang musyrik yang berani mendekatiku,” jawab Ummu Sulaim.

Menurut Adz-Dzahabi, Ummu Sulaim juga ikut terjun dalam perang Uhud bersama Rasulullah. Ketika itu ia juga kedapatan membawa sebilah pisau.

Kecintaan Ummu Sulaim terhadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam

Sebagaimana telah disebutkan di awal, Ummu Sulaim menghadiahkan putranya yang bernama Anas kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, padahal ia baru berumur delapan atau sepuluh tahun. Ini jelas didorong kecintaannya yang besar kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Di lain kesempatan, suatu ketika, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidur siang di rumah Ummu Sulaim. Karena Ummu Sulaim adalah wanita yang bersahaja, maka ia hanya punya tikar kulit sebagai alas tidur Rasulullah. Karena hawa yang panas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkeringat hingga membasahi tikar itu, lalu beliau bangun. Melihat tikar yang penuh keringat tadi, segera Ummu Sulaim mengambil sebuah botol lalu dengan susah payah ia memeras tikarnya dan menampung keringat nabawi itu dalam botolnya.

Melihat ulahnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya keheranan, “Apa yang sedang kau lakukan?”

“Aku sedang mengambil berkah yang keluar dari tubuhmu,” jawab Ummu Sulaim.

Diriwayatkan bahwa Ummu Sulaim kemudian mencampurkan keringat Nabi tersebut dalam wewangiannya.

Anas mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tak pernah masuk ke rumah wanita lain selain Ummu Sulaim. Ketika ditanya, beliau mengatakan bahwa dirinya kasihan kepada Ummu Sulaim, karena saudara kandungnya terbunuh dalam satu peperangan bersama beliau.

Adz-Dzahabi menyebutkan bahwa saudara kandungnya itu bernama Haram bin Milhan yang mati syahid dalam tragedi Bi’r Ma’unah. Dialah yang mengatakan, “Demi Allah, aku beruntung!” Ketika ditikam tombak dari belakang hingga tembus ke dadanya.

Suatu ketika, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam masuk ke rumah Ummu Sulaim. Di sana beliau melihat ada geriba air yang tergantung di dinding, lalu beliau meminumnya sambil berdiri. Maka segeralah Ummu Sulaim mengambil geriba itu dan memotong mulut geriba yang bersentuhan dengan mulut Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian menyimpannya.

Lihatlah bagaimana kecintaannya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, hingga tak menyiakan apa pun yang berhubungan dengan tubuhnya yang mulia itu.

Demikian pula yang terjadi pada putranya, Anas. Pernah suatu ketika, Anas mengatakan, “Tak pernah semalam pun kulewatkan, melainkan aku mimpi berjumpa dengan kekasihku (Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam).” Kemudian, berderailah air matanya.

Diriwayatkan pula bahwa Anas mengenakan cincin yang terukir padanya, ‘Muhammadun Rasulullah’. Maka setiap kali hendak buang hajat, dilepasnya cincin tersebut.

Warisan Ilmiah Ummu Sulaim

Menurut adz-Dzahabi, Ummu Sulaim meriwayatkan empat belas hadits dari Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam. Satu di antaranya muttafaq ‘alaih, satu hadits khusus diriwayatkan oleh al-Bukhari, dan dua hadits oleh Muslim.

Ummu Sulaim wafat pada masa kekhalifan Utsman bin Affan. Semoga Allah meridhainya dan menempatkannya dalam Firdaus yang tertinggi, beserta para Nabi, shiddiqin, syuhada, danshalihin.

Sumber: Ibunda Para Ulama, Sufyan bin Fuad Baswedan, Wafa Press, Cetakan Pertama Ramadhan 1427 H/ Oktober 2006.

Artikel www.KisahMuslim.com dengan penataan bahasa oleh tim redaksi.

Photo : "Rose" by Salvatore Vuono/freed*****photos