Celoteh Zahra (2)

Hari ini Zahra (3 tahun) bermain ulat yang mama temukan diantara tangkai-tangkai bayam. Ulat itu kemudian dipindahkan Zahra ke dalam mangkuk kecil. Seumur hidupnya, baru kali ini Zahra melihat langsung bentuk ulat. Zahra hanya tahu ulat melalui gambar di buku balitanya.

Zahra : "Maa...., ssss... (meniru desis ular). SNAKE !"
Mama : "Bukan, sayang. Itu ULAT, cartepilar; bukan ULAR. Kalo snake itu ULAR."
Zahra : "Ulat?"
Mama : "Ya...Kalo ulat tidak ada suaranya; kalo ular ada suaranya."

Kemudian ulat yang ada di dalam mangkuk, Zahra tinggalkan di dapur. Setelah beberapa saat Zahra kembali ke dapur.

Zahra : "Ma, mama sedang apa...?"
Mama : "Sedang potong sayur."
Zahra : "Potong sayur untuk apa?"
Mama : "Untuk bikin bala-bala..."
Zahra : "SPIDER....??"
Mama : "Bala-bala, sayang..... Bukan LABA-LABA....."
Zahra : "Bala-bala...??"
Mama : "Bakwan...bakwan...."
Zahra : "Oohh....BAWANG....."
Mama : "Hoaaahhh.....!!! #%:@*%{"#?/<%(

100 Real per Jam


Bocah kecil itu menemui ayahnya yang payah karena kerja. Sebab, dari pagi hingga sore, ia mengontrol berbagai proyek dan kontraknya. Ia tidak punya waktu untuk diam di rumah selain untuk makan dan tidur.

Bocah : “Ayah, kenapa engkau tidak lagi mau bermain denganku dan bercerita kepadaku? Aku sangat merindukan cerita-ceritamu dan ingin bermain denganmu. Bagaimana pendapatmu bila hari ini engkau bermain sebentar denganku dan bercerita satu kisah kepadaku?”

Ayah : “Anakku, aku tidak punya waktu untuk bermain dan membuang-buang waktu. Karena aku punya pekerjaan dan waktuku sangat berharga.”

Bocah : “Berilah aku satu jam saja dari waktumu, karena aku sangat merindukanmu, wahai ayahku.”

Ayah : “Anakku tercinta, aku bekerja dan berjuang untuk kalian. Dan waktu satu jam yang engkau inginkan agar aku habiskan bersamamu itu, bisa aku pakai untuk mendapatkan penghasilan tidak kurang dari 100 real. Jadi, aku tidak punya waktu untuk sesuatu yang sia-sia bersamamu. Ayo, pergilah dan bermainlah bersama ibumu.”

Hari demi hari berlalu, dan kesibukan sang ayah semakin bertambah. Suatu hari bocah itu melihat pintu kantor ayahnya terbuka, maka ia masuk menemui ayahnya.

Bocah : “Ayah, berilah aku 5 real.”

Ayah : “Untuk apa? Setiap hari aku memberimu uang lima real. Untuk apa uang sebanyak itu? Ayo, pergi dari hadapanku. Aku tidak akan memberimu apa-apa sekarang.”

Si anak pun pergi dengan perasaan sedih. Sementara sang ayah duduk sambil berfikir tentang apa yang dilakukannya terhadap anaknya. Dia pun memutuskan untuk pergi ke kamar anaknya untuk menghiburnya dan memberikan lima real kepadanya.

Bocah kecil itu sangat gembira menerima uang lima real tersebut. Kemudian bocah itu langsung, menuju ranjangnya dan membuka bantalnya. Lalu dia mengumpulkan uang yang ada di bawahnya dan mulai merapikannya. Lima real untuk melengkapi jumlah uangnya.

”Ayah, sekarang ambillah uang 100 real ini dan berilah aku waktu 1 jam dari waktumu,” ujar bocah yang polos itu.



[Dicuplik dari : Ahmad Sâlim Bâduwaylân, Mausū’ah al-Qoshosh al-Mu`atstsiroh, Ind : ”Malam Pertama Setelah Itu Air Mata”, Pustaka ELBA, Surabaya : 1428/2007]

http://ummusalma.wordpress.com/2007/11/11/100-real-perjam/#more-131
Photo : koleksi pribadi (Ummu Zahra)

Dzikir Pagi & Petang

SATU, membaca :

بِسْمِ اللَّهِ الَّذِي لَا يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَيْءٌ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي السَّمَاءِ، وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
ـ

"Dengan nama Allah… yang bila nama-Nya disebut, segala sesuatu yang berada di bumi dan di langit tidak akan berbahaya, Dialah yang maha mendengar lagi maha mengetahui."

Dari Utsman bin Affan, Rosululloh -shollallohu alaihi wasallam- bersabda: “Orang yang membaca dzikir ini setiap pagi dan sore sebanyak TIGA KALI, tidak akan ada sesuatu yang membahayakannya” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Majah dan lainnya, di-shohih-kan oleh Albani)

DUA, membaca :

اللَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ، لاَ تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلاَ نَوْمٌ، لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ، مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ، يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ، وَلَا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلَّا بِمَا شَاءَ، وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ، وَلَا يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا، وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ (1)ـ

"Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya). Dia tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa’at di sisi-Nya tanpa seizin-Nya. Dia mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka. Mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dia tidak merasa berat memelihara keduanya. Dan Dia Maha Tinggi lagi Maha besar."

Ubay bin Ka’ab berkata kepada Jin: “Apa yang bisa menyelamatkan kami dari (gangguan) kalian?”. Si jin menjawab: “Ayat kursi… Barangsiapa membacanya di waktu sore, maka ia akan dijaga dari (gangguan) kami hingga pagi, dan barangsiapa membacanya di waktu pagi, maka ia akan dijaga dari (gangguan) kami hingga sore”. Lalu paginya Ubay menemui Rosululloh -shollallohu alaihi wasallam- untuk menuturkan hal itu, dan beliau menjawab: “Si buruk itu berkata benar”. (HR. Hakim, Ibnu Hibban, Thobaroni dan lainnya, Albani mengatakan: Sanadnya Thobaroni Jayyid).

TIGA , membaca surat Al Ikhlaas, Al Falaq, dan An Naas masing-masing 3 kali

Rosululloh Sholallahu 'Alaihi Wassalam mengatakan kepada Abdulloh bin Khubaib: “Bacalah Surat Al-Ikhlas, Al-Falaq dan An-Nas, di waktu pagi dan sore, sebanyak 3 kali! Itu cukup bagimu untuk mencegah semua marabahaya” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi, di-shohih-kan oleh Albani)

EMPAT, membaca

حَسْبِيَ الله ُلاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ، عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ، وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ

"Cukuplah bagiku Alloh, tiada sesembahan yang berhak disembah melainkan Dia, hanya kepadanya aku bertawakal, Dialah Tuhan Arsy yang sangat agung."

Dari Abud Darda’, Nabi -shollallohu alaihi wasallam- bersabda: “Barangsiapa setiap pagi dan sorenya membaca dzikir ini, sebanyak 7 KALI, Alloh akan menghilangkan kegelisahannya dari urusan dunia dan akhiratnya” (HR. Ibnus Sunni, di-shohih-kan oleh Syuaib Al-Arna’uth, Abdul Qodir Al-Arna’uth dan Basyir Muhammad ‘Uyun)

LIMA, membaca :

اللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ، خَلَقْتَنِي وَأَنَا عَبْدُكَ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ، أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ، أَبُوءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ، وَأَبُوءُ لَكَ بِذَنْبِي، فَاغْفِرْ لِي فَإِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ (1)ـ

"Ya Allah… Engkau adalah Tuhanku, tiada tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau, Engkaulah yang menciptakan aku dan aku adalah hambaMu, aku akan setia pada perjanjianku denganMu semampuku. Aku berlindung kepadaMu dari kejelekan yang kuperbuat. Aku mengakui segala nikmatMu kepadaku dan aku mengakui semua dosaku, oleh karena itu ampunilah aku, sesungguhnya tiada yang mengampuni dosa kecuali Engkau." ----------- Dibaca SATU KALI

Dari Syaddad bin Aus, Nabi -shollallohu alaihi wasallam- bersabda: “Barangsiapa membaca dzikir ini di waktu pagi -dengan meyakini (makna)nya-, lalu ia meninggal sebelum waktu sore, maka ia termasuk ahli surga. (Begitu pula) barangsiapa membacanya di waktu sore -dengan meyakini (makna)nya-, lalu ia meninggal sebelum pagi, maka ia termasuk ahli surga”. (HR. Bukhori)

ENAM, membaca :

اللَّهُمَّ عَافِنِي فِي بَدَنِي، اللَّهُمَّ عَافِنِي فِي سَمْعِي، اللَّهُمَّ عَافِنِي فِي بَصَرِي، لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ. اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْكُفْرِ وَالْفَقْرِ، اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ (3)ـ

"Ya Allah… selamatkanlah tubuhku (dari penyakit, maksiat dan segala yang tidak aku inginkan). Ya Allah… selamatkanlah pendengaranku, Ya Allah… selamatkanlah penglihatanku, tiada tuhan yang layak disembah kecuali Engkau. Ya Allah… sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari kekufuran dan kefakiran, Ya Alloh… aku juga berlindung kepadamu dari siksaan kubur, tiada tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau." ---- dibaca TIGA KALI

Abu Bakroh mengatakan: “Sungguh aku telah mendengar Rosululloh -shollallohu alaihi wasallam- membacanya, karenanya aku senang mengikuti sunnah (tuntunan)-nya” (HR. Ahmad, di-hasan-kan oleh Albani, dan Muhaqqiq kitab Musnad Ahmad)

TUJUH, membaca :

لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِي وَيُمِيتُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

"Tiada sesembahan yang berhak disembah melainkan Alloh semata, tiada sekutu bagi-Nya, semua kerajaan dan segala pujian hanyalah milik-Nya, Dia mampu menghidupkan dan mematikan, dan Dia maha berkuasa atas segala sesuatu."

Dari Abu Ayyub Al-Anshori, Nabi -shollallohu alaihi wasallam- bersabda: “Barangsiapa ketika pagi membaca dzikir ini 10 KALI maka Alloh mencatat 100 kebaikan baginya, menghapus 100 keburukan darinya, menaikkannya 100 derajat, (pahala) dzikir ini sebanding dengan memerdekakan 10 budak, dzikir ini bisa menjadi pelindung baginya dari pagi hingga sore, dan pada hari itu tidak akan ada pekerjaan yang memupuskannya… Apabila ia membacanya ketika sore, maka baginya keutamaan yang sama seperti itu. (HR. Ahmad dan Thobaroni, di-shohih-kan oleh Albani)

DELAPAN, membaca :

لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (1)ـ

"Tiada sesembahan yang berhak disembah melainkan Alloh semata, tiada sekutu bagi-Nya, semua kerajaan dan segala pujian hanyalah milik-Nya, dan Dia maha berkuasa atas segala sesuatu."

Dari Abu Ayyasy, Rosululloh -shollallohu alaihi wasallam- bersabda: “Barangsiapa ketika pagi membaca dzikir ini (SATU KALI), maka pahalanya seperti memerdekakan seorang budak dari keturunan Nabi Isma’il, dicatat 10 kebaikan baginya, dihapus 10 keburukan darinya, dinaikkan 10 derajat, dzikir ini bisa menjadi penjaganya dari setan hingga sore… Apabila ia membacanya ketika sore, maka baginya keutamaan yang sama seperti itu hingga pagi. (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Majah, di-shahih-kan oleh Albani)

SEMBILAN, membaca :

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ العَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي دِينِي وَدُنْيَايَ وَأَهْلِي وَمَالِي، اللَّهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَاتِي وَآمِنْ رَوْعَاتِي، اللَّهُمَّ احْفَظْنِي مِنْ بَيْنِ يَدَيَّ وَمِنْ خَلْفِي، وَعَنْ يَمِينِي وَعَنْ شِمَالِي، وَمِنْ فَوْقِي وَأَعُوذُ بِعَظَمَتِكَ أَنْ أُغْتَالَ مِنْ تَحْتِي (1)ـ

"Ya Alloh, sesungguhnya aku memohon pada-Mu ampunan dan keselamatan di dunia dan akhirat… Ya Alloh sesungguhnya aku memohon pada-Mu ampunan dan keselamatan dalam agama, dunia, keluarga dan hartaku… Ya Alloh, tutupilah aurat (aib dan kekurangan) ku dan berilah ketentraman di hatiku… Ya Alloh, jagalah aku; dari depan, belakang, kanan, kiri, dan atasku, serta aku memohon perlindungan dengan keagungan-Mu agar tidak disambar (hal buruk) dari bawahku." ----- dibaca SATU KALI

Ibnu Umar mengatakan: “Rosululloh -shollallohu alaihi wasallam- ketika pagi dan sore, tidak pernah meninggalkan doa-doa ini” (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah, di-shohih-kan oleh Albani)

SEPULUH, membaca :

اللَّهُمَّ عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ، فَاطِرَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ، رَبَّ كُلِّ شَيْءٍ وَمَلِيكَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ، أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ نَفْسِي، وَشَرِّ الشَّيْطَانِ وَشِرْكِهِ، وَأَنْ أَقْتَرِفَ عَلَى نَفْسِي سُوءًا، أَوْ أَجُرَّهُ إِلَى مُسْلِمٍ

"Ya Alloh, yang maha mengetahui hal gaib dan nyata… wahai Pencipta langit dan bumi… Tuhan dan Raja dari segala sesuatu… Aku bersaksi tiada sesembahan yang berhak disembah melainkan Engkau, Aku berlindung kepadamu dari keburukan diriku, setan dan para sekutunya… (aku juga berlindung kepadamu) agar tidak mendatangkan keburukan kepada diriku sendiri atau kepada muslim lainnya." --- dibaca SATU KALI

Rosululloh -shollallohu alaihi wasallam- bersabda: “Bacalah doa ini (wahai Abu Bakar), ketika pagi, sore, dan sebelum tidur!”. (HR. Abu Dawud, Tirmidzi dan lainnya, di-shohih-kan oleh Albani)

SEBELAS, membaca :

ياَ حَيُّ يَا قَـيُّوْمُ، بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيْثُ، أَصْلِحْ لِيْ شَأْنِيْ كُلَّهُ، وَلاَ تَكِلْنِيْ إِلَى نَفْسِيْ طَرْفَةَ عَيْنٍ

"Wahai (Tuhan) Yang maha hidup… Yang terus-menerus mengurusi makhluknya… dengan rahmat-Mu aku memohon pertolongan, perbaikilah semua urusanku, dan janganlah sedikitpun engkau biarkan hal itu bersandar padaku." ---------- dibaca SATU KALI

Rosululloh -shollallohu alaihi wasallam- bersabda: “(Wahai Fatimah), apa yang menghalangimu untuk membaca dzikir ini ketika pagi dan sore?!”. (HR. Al-Hakim, dan Nasa’i dalam Sunan Kubro, di-shohih-kan oleh Albani)

DUA BELAS, membaca :

سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ

"Maha suci Alloh, dengan segala pujianku untuk-Nya."

Dari Abu Huroiroh, Rosululloh -shollallohu alaihi wasallam- bersabda: “Barangsiapa ketika pagi dan sore membaca dzikir ini 100 KALI, maka pada hari kiamat nanti, tiada orang yang amalannya lebih utama darinya, kecuali orang yang amalannya sama atau melebihinya. (HR. Muslim)

TIGA BELAS, membaca :

لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ، وَلَهُ الْحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

"Tiada sesembahan yang berhak disembah melainkan Alloh semata, tiada sekutu bagi-Nya, semua kerajaan dan segala pujian hanyalah milik-Nya, dan Dia maha berkuasa atas segala sesuatu."

Dari Abdulloh bin Amr bin Ash, Rosululloh -shollallohu alaihi wasallam- bersabda: “Barangsiapa membaca dzikir ini 200 kali dalam sehari (yakni 100 kali ketika pagi dan 100 kali ketika sore), maka tiada orang dari generasi sebelumnya yang bisa mengunggulinya, dan tiada orang dari generasi setelahnya yang bisa menyusulnya, kecuali mereka yang beramal melebihinya”. (HR. Nasa’i dan Ibnus Sunni dalam Kitab Amalul Yaumi wal Lailah, di-hasan-kan oleh Albani)

Dari Abdulloh bin Amr bin Ash, Rosululloh -shollallohu alaihi wasallam- bersabda: “Barangsiapa membaca dzikir ini 100 kali, sebelum terbit dan terbenamnya matahari, maka pada hari kiamat nanti, tiada orang yang amalannya lebih utama darinya, kecuali orang yang amalannya sama atau melebihinya. (HR. Nasa’i dalam Kitab Sunan Kubro, dan di-hasan-kan oleh Albani)

EMPAT BELAS, membaca :

سُبْحاَنَ الله (100) الْحَمْدُ لِلّه (100) الله ُ أَكْـبَر (100)ـ

"Subanalloh (maha suci Alloh 100 KALI)… Alhamdulillah (segala puji bagi Alloh 100 KALI)… Allohuakbar (maha besar Alloh 100 KALI)"

Dari Abdulloh bin Amr bin Ash, Rosululloh -shollallohu alaihi wasallam- bersabda: “Barangsiapa membaca ‘Subhanalloh’ 100 kali sebelum terbit dan terbenamnya matahari, maka itu lebih utama dari (pahala sedekah) 100 unta. Barangsiapa membaca ‘Alhamdulillah’ 100 kali sebelum terbit dan terbenamnya matahari, maka itu lebih utama dari (pahala sedekah) 100 kuda yang dipersiapkan untuk jihad fisabilillah. Dan barangsiapa membaca ‘Allohu Akbar’ 100 kali sebelum terbit dan terbenamnya matahari, maka itu lebih utama dari (pahala) memerdekakan 100 budak”. (HR. Nasa’i dalam Kitab Sunan Kubro, dan di-hasan-kan oleh Albani)

http://addariny.wordpress.com/2009/08/07/dzikir-pagi-dan-sore-penangkal-miskin-dan-sihir/

Dapat juga dibaca :
"Doa & Wirid : Mengobati Guna-guna dan Sihir Menurut Al Qur'an dan As Sunnah" oleh Yazid bin Abdul Qadir Jawas, penerbit Pustaka Imam Syafi'i.

Supplement tulisan bagian belakang dari "Tafsir Sepersepuluh dari Al Qur'an Al Karim"
.

Ketika Jatuh Cinta

Ya Allah, jika aku jatuh cinta
cintakanlah aku pada seseorang
yang melabuhkan cintanya pada-Mu
agar bertambah kekuatanku untuk menyintaimu

Ya Muhaimin, jika aku jatuh hati,
izinkan aku menyentuh hati seseorang
yang hatinya tertaut kepada-Mu
agar tidak terjatuh aku
dalam jurang cinta nafsu

Ya Rabbanaa, jika aku jatuh hati,
jagalah hatiku padanya
agar tidak berpaling dari hati-Mu

Ya Rabbul Izzati, jika aku rindu
rindukanlah aku pada seseorang
yang merindui syahid di jalan-Mu

Ya Allah, jika aku menikmati cinta kekasih-Mu,
janganlah kenikmatan itu melebihi kenikmatan
indahnya bermunajat di sepertiga malam terakhir-Mu

Ya Allah, jika aku jatuh hati pada kekasih-Mu,
jangan biarkan aku tertatih dan terjatuh dalam
perjalanan panjang menyeru manusia kepada-Mu

Ya Allah, jika kau halalkan aku merindui kekasih-Mu,
jangan biarkan aku melampaui batas sehingga
melupakan aku pada cinta hakiki dan rindu abadi
hanya kepada-Mu.Amin.

Author : unknown. Taken from group "Uhibbuka Fillah - Aku mencintaimu karena Allah" posted by Dewi Sartika

Syeikh bin Baz dan Seorang Pencuri

Oleh: Syaikh Mamduh Farhan al Buhairi

Salah seorang murid Syaikh ‘Ibn Utsaimin rahimahullah menceritakan kisah ini
kepadaku. Dia berkata: “Pada salah satu kajian Syaikh Utsaimin rahimahullah di Masjidil
Haram, salah seorang murid beliau bertanya tentang sebuah masalah yang didalamnya
ada syubhat, beserta pendapat dari Syaikh Bin Baz rahimahullah tentang masalah
tersebut. Maka Syaikh Utsaimin menjawab pertanyaan penanya serta memuji Syaikh bin
Baz rahimahullah. Di tengah-tengah mendengar kajian, tiba-tiba ada seorang lelaki
dengan jarak kira-kira 30 orang dari arah sampingku kedua matanya mengalirkan air
mata dengan deras, dan suara tangisannyapun keras hingga para muridpun
mengetahuinya.

Di saat Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah selesai dari kajian, dan majelis sudah
sepi aku melihat kepada pemuda yang tadi menangis. Ternyata dai dalam keadaan sedih,
dan bersamanya sebuah mushhaf. Akupun lebih mendekat hingga kemudian aku bertanya
kepadanya setelah kuucapkan salam: “Bagaimana kabarmu wahai akhi, apa yang
membuatmu menangis?”

Maka diapun menjawab dengan bahasa yang mengharukan: “Jazakallahu khairan.” Akupun mengulangi pertanyaanku sekali lagi: “Apa yang membuatmu menangis akhi?”

Diapun menjawab dengan tekanan suara yang haru: “Tidak ada apa-apa, sungguh aku
telah ingat Syaikh bin Baz, maka akupun menangis.” Kini menjadi jelas bagiku dari
penuturannya bahwa dia dari Pakistan, sedang dia mengenakan pakaian orang Saudi.

Dia meneruskan keterangannya: “Dulu aku mempunyai sebuah kisah bersama
Syaikh bin Baz rahimahullah, yaitu sepuluh tahun yang lalu aku bekerja sebagai satpam
pada salah satu pabrik batu bata di kota Thaif. Suatu ketika datang sebuah surat dari
Pakistan kepadaku yang menyatakan bahwa ibuku dalam keadaan kritis, yang
mengahruskan operasi untuk penanaman sebuah ginjal. Biaya operasi tersebut
membutuhkan tujuh ribu Riyal Saudi (kurang lebih 17,5 juta Rupiah). Jika tidak segera
dilaksanakan operasi dalam seminggu, bisa jadi dia akan meninggal. Sedangkan beliau
sudah berusia lanjut.

Saat itu, aku tidak memiliki uang selian seribu Riyal, dan aku tidak mendapati
orang yang mau memberi atau meminjami uang. Maka akupun meminta kepada
perusahaan untuk memberiku pinjaman, Mereka menolak, Aku menangis sepanjang hari.
Dia adalah ibu yang telah merawatku dan tidak tidur karena aku.

Pada situasi yang genting tersebut, aku memutuskan untuk mencuri pada salah satu
rumah yang bersebelahan dengan perusahaan pada jam dua malam. Beberapa saat setelah
aku melompati pagar rumah, aku tidak merasa apa-apa kecuali para polisi tengah
menangkap dan melemparkanku ke mobil mereka. Setelah itu duniapun terasa menjadi
gelap.

Tiba-tiba, sebelum shalat subuh para polisi mengembalikanku ke rumah yang telah
kucuri. Mereka memasukkanku ke sebuah ruangan kemudian pergi. Tiba-tiba ada seorang
pemuda yang menghidangkan makanan seraya berkata: “Makanlah, dengan membaca
bismillah!” Aku pun tidak mempercayai apa yang tengah kualami. Saat adzan shalat
subuh, mereka berkata kepadaku, “Wudhu’lah untuk shalat!” Saat itu rasa takut masih
menyelimutiku. Tiba-tiba datang seorang lelaki yang sudah lanjut usia dipapah salah
seorang pemuda masuk menemuiku. Kemudian dia memegang tanganku dan
mengucapkan salam kepadaku seraya berkata: “Apakah engkau sudah makan?” Akupun
menjawab: “Ya, sudah.” Kemudian dia memegang tangan kananku dan membawaku ke
masjid bersamanya. Kami shalat subuh. Setelah itu aku melihat lelaki tua yang
memegang tanganku tadi duduk di atas kursi di bagian depan masjid, sementara jama’ah
shalat dan banyak murid mengitarinya. Kemudian syaikh tersebut memulai berbicara
menyampaikan sebuah kajian kepada mereka. Maka akupun meletakkan tanganku di atas
kepalaku karena malu dan takut.

Ya, Alloh, apa yang telah aku lakukan? Aku telah mencuri di rumah Syaikh bin Baz
rahimahullah. Sebelumnya aku telah mendengar nama beliau, dan beliau telah terkenal di
negeri kami, Pakistan.

Setelah Syaikh bin Baz selesai dari kajian, mereka membawaku ke rumah sekali
lagi. Syaikh pun memegang tanganku, dan kami sarapan pagi dengan dihadiri oleh
banyak pemuda. Syaikh mendudukanku di sisi beliau. Di tengah makan beliau bertanya
kepadaku: “Siapakah namamu?” Kujawab: “Murtadho.” Beliau bertanya lagi: “Mengapa
engkau mencuri?” Maka aku ceritakan kisah ibuku. Beliau berkata: “Baik, kami akan
memberimu 9000 Riyal.” Aku berkata kepada beliau: “Yang dibutuhkan Cuma 7000
Riyal.” Beliau menjawab: “Sisanya untukmu, tetapi jangan lagi mencuri wahai anakku.”

Aku mengambil uang tersebut, dan berterima kasih kepada beliau dan berdoa untuk
beliau. Aku pergi ke Pakistan, lalu melakukan operasi untuk ibuku. Alhamdulillah, beliau
sembuh. Lima bulan setelah itu, aku kembali ke Saudi, dan langsung mencari keberadaan
Syaikh bin Baz rahimahullah. Aku pergi rumah beliau. Aku mengenali beliau dan
beliaupun mengenali aku. Kemudian beliaupun bertanya tentang ibuku. Aku berikan
1500 Riyal kepada beliau, dan beliau bertanya, “Apa ini?” Kujawab: “Itu sisanya.” Maka
beliau berkata: “Ini untukmu.” Kukatakan: “Wahai Syaikh, saya memiliki permohonan
kepada anda.” Maka beliau menjawba: “Apa itu wahai anakku?” Kujawab: “Aku ingin
bekerja pada anda sebagai pembantu atau apa saja, aku berharap dari anda wahai Syaikh,
janganlah menolak permohonan saya, mudah-mudahan Alloh menjaga anda.” Maka
beliau menjawab: “Baiklah.” Akupun bekerja di rumah Syaikh hingga wafat beliau.

Selang beberapa waktu dari pekerjaanku di rumah Syaikh, salah seorang pemuda
yang mulazamah kepada beliau memberitahuku tentang kisahku ketika aku melompat ke
rumah beliau hendak mencuri di rumah Syaikh. Dia berkata: “Sesungguhnya ketika
engkau melompat ke dalam rumah, Syaikh bin Baz saat itu sedang shalat malam, dan
beliau mendengar sebuah suara di luar rumah. Maka beliau menekan bel yang beliau
gunakan untuk membangunkan keluarga untuk shalat fardhu saja. Maka mereka
terbangun semua sebelum waktunya. Mereka merasa heran dengan hal ini. Maka beliau
memberitahu bahwa beliau telah mendengar sebuah suara. Kemudian mereka memberi
tahu salah seorang menjaga keamanan, lalu dia menghubungi polisi. Mereka datang
dengan segera dan menangkapmu. Tatkala Syaikh mengetahui hal ini, beliau bertanya:
“Kabar apa?” Mereka menjawab: “Seorang pencuri berusaha masuk, mereka sudah
menangkap dan membawanya ke kepolisian.” Maka Syaikhpun berkata sambil marah:
“Tidak, tidak, hadirkan dia sekarang dari kepolisian, dia tidak akan mencuri kecuali dia
orang yang membutuhkan.”

Maka di sinilah kisah tersebut berakhir. Aku katakan kepada pemuda tersebut:
“Sungguh matahari sudah terbit, seluruh umat ini terasa berat, dan menangisi perpisahan
dengan beliau. Berdirilah sekarang, marilah kita shalat dua rakaat dan berdoa untuk
Syaikh rahimahullah.

Mudah-mudahan Alloh merahmati Syaikh bin Baz dan Ibnu Utsaimin dan
menempatkan keduanya di keluasan surga-Nya. Amiin.

Di kutip dari Majalah Qiblati edisi 02 tahun III (11-2007M / 10-1428H)

http://alqiyamah.files.wordpress.com/2009/12/syaikh-bin-baz-dan-seorang-pencuri.pdf

Hubungan antara Diary (blog) dan Daya Ingat

Apa hubungannya antara diary dengan daya ingat? Hubungannya adalah bahwa menulis diary bisa jadi salah satu cara untuk dapat melatih dan mempertahankan ingatan anda (menjadi lebih baik). Menulis diary akan mendorong anda untuk mengingat kembali pengalaman/ kejadian yang (pernah) anda alami, dan ini bagus untuk meningkatkan daya ingat.

Diary sendiri adalah kumpulan catatan atas kejadian yang kita alami sehari-hari. Dulu diary memang sangat diidentikan dengan kaum wanita, namun saat ini diary sudah bukan lagi milik kaum wanita, karena nyatanya manfaat diary itu banyak, termasuk dalam membantu melatih ingatan (konon Prof BJ Habibie termasuk salah seorang yang tidak pernah ketinggalan menulis diary, lho...).

Diary saat ini tidak hanya ditulis dengan tujuan pribadi, misalnya untuk menggambarkan perasaan-perasaan penulisnya sehari-hari. Diary di jaman sekarang ini sudah menjelma menjadi media yangsangat interaktif antara penulis dan pembacanya. Yang ditulis dalam diary (atau yang di dunia maya lebih populer dengan sebutan "blog"), tidak lagihanya bersifat pribadi. Karena ada begitu banyak tema di luar kehidupan pribadiyang bisa dijadikan bahan penulisan (btw, manemonik.com ini juga merupakan blog, lho..)

Jika dulu diary adalah suatu yang private dimana penulis tidak mau seorang pun melihatnya, maka saat ini "image" diary sudah sangat jauh berubah.diary berbentuk blog ini sudah banyak digunakan untuk membicarakan bermacam-macam tema di sekitar kita. Bahkan mungkin sudah sangat jauh berbeda dengan konsep awal dari diary.

Konsep awal dari blog sebetulnya diambil dari konsep diary. Dimana dalam blog tersebut seseorang bisa mencurahkan dan mengekspresikan pengalaman, pengetahuan, dan informasi yang diperolehnya untuk dituangkan ke dalam bentuk tulisan. Jika dulu diary digunakan hanya untuk kepentingan pribadi penulisnya dan tidak dimaksudkan untuk diperlihatkan, maka sekarang diary berbentuk blog ini justru banyak dibuat dengan tujuan agar masyarakat/ orang banyak dapat ikut membaca/melihatnya (jika penulis menginginkannya). Para pembaca dari blog bahkan bisa memberikan komentar dan berinteraksi dengan penulis blog. Tentu saja media ini menjadi media yang menarik, bukan?

Anda kenal Raditya Dika? seorang blogger yang blognya pernah memenangkan best indonesian blog award sekitar tahun 2003? Didalam blognya, ia juga menceritakan tentang pengalaman pribadinya (belum diketahui apakah ia menulis blog dalam rangka meningkatkan daya ingat atau tidak-yang jelas tulisannya termasuk sukses). Hanya saja pada blognya tersebut,bahasanya ditulis dengan gaya bahasa yang unikdan menggelitik (tentu saja ini akan sedikit berbeda dengan gaya penulisan untuk meningkatkan daya ingat). Apapun itu yang pasti beragam keuntungan sudah menanti si penulis di atas.

Nah, sekarang jika anda tahu bahwa ada sederet keuntungan dalam menulis (diary), dimana kegiatan ini bisa membantu anda dalam memperbaiki daya ingat, mengapa anda tidak mulai mencobanya ? Anda mungkin salah seorang yang tidak peduli dengan keuntungan yang mungkin bisa diperoleh oleh seorang penulis. Namun, mungkin anda salah seorang yang bermasalah dengan daya ingat dan sangat tertarik untuk melatih daya ingat. Kalau anda hanya tertarik dengan bagaimana melatih daya ingat, anda bisa memulai menulis, entah lewat blog atau media konvensional seperti buku.

Yang perlu diingat yaitu bahwa bahasa dan gaya penulisan untuk melatih ingatan mungkin akan sedikit jauh berbeda dengan penulisan diary pada umumnya. Yang terpenting anda harus membuat kegiatan (menulis) ini menjadi semenarik mungkin. Ceritakanlah tentang yang anda alami selama seharian ini, dengan tetap memperhatikan detil dari pengalaman-pengalaman anda tersebut. Artikel sebelumnya pernah membahas tentang hal ini (klik disini jika ingin membacanya).

Jika anda bisa disiplin untuk melakukannya, mungkin nanti anda akan terkejut bahwa ternyata ada begitu banyak hal yang dapat anda ingat dengan baik.

Selamat ngeblog (menulis diary) untuk daya ingat yang lebih baik....

Sumber : sunnihomeschooling@yahoogroups.com

Sandiwara Langit

SINOPSIS

Judul Buku : Sandiwara Langit
Tebal Buku : 200 halaman
Penulis: Al Ustadz Abu Umar Basyier
Penerbit: Shofa Media Publika
Harga: Rp 28.000,00

Pria Muda yang ingin menikah

“Begini ustadz. Usia saya sekarang baru 18 tahun. Namun terus terang, saya sudah ingin sekali menikah. Saya khawatir terjebak dalam perzinaan, bila saya harus menunda menikah lebih lama lagi.” Tanpa sungkan pemuda itu menceritakan keinginannya. Cerita itu sendiri sejatinya sudah memuat pertanyaan. Namun saya ingin tahu lebih jauh. Saya biarkan dia terus bercerita.

“Saya sadar, saya masih terlalu hijau untuk menikah. Tapi saya lebih sadar, bahwa tanpa menikah, saat ini saya merasa tidak kuat menahan godaan syahwat. Saya telaten puasa dawud satu tahun ini, untuk menjalankan sunnah Rasul. Gejolak itu memang teredam sebagiannya. Namun yang masih tersisa begitu kuat. Dan saya merasa tersiksa. Apa saya sudah layak menikah ustadz?”

Berikutnya terjadi tanya jawab antara pemuda tersebut dan sang ustadz, seputar pernikahan, kondisi pemuda tersebut yang memang belum mapan, dan tidak mempunyai pekerjaan, dan kemauan dari calon mertuanya untuk menikahkan putrinya dengan pemuda yang sudah mapan. Sang ustadz pun menyarankan agar pemuda tersebut memusyawarahkan hal tersebut dengan orang tua sang calon.

Kesepakatan atau perjudian?

“Calon mertua saya itu ternyata orang yang berpendirian kuat, tapi ambisius. Ia bersedia menikahkan saya dengan putrinya, tapi dengan sebuah tantangan.”

“Tantangan”

“Ya. Ia menantang saya, dengan justru tidak akan membantu kami, bila kami menikah. Ia memang bukan konglomerat ustadz, tapi hidupnya sangat berkecukupan. Setidaknya ia bisa membantu kami bila suatu saat kami hidup kesusahan. Dan ia sesungguhnya tak ingin putrinya hidup serba kekurangan sepanjang hayat. Tapi bila sudah berkeluarga, ia ingin putrinya tidak lagi bergantung kepadanya. Ia menantang bahwa dalam sepuluh tahun saya harus dapat memberi penghidupan yang layak buat putrinya. Kami sudah harus memiliki kehidupan yang berkecukupan. Bila tidak, ia meminta saya menceraikannya. Dan uniknya ia meminta hal itu diucapkan saat akad nikah, sebagai syarat”

Pemuda dan sang ustadz kemudian berdialog tentang hukum adanya syarat seperti itu.

Sosok kedua tokoh utama (dalam 2 bab)

Pada bab berikutnya, digambarkan latar belakang kehidupan pemuda shalih bernama Rizqaan ini dan juga pemudi shalihah bernama Halimah, yang nampaknya mempunyai beberapa kesamaan dan idealisme yang membuat mereka cocok satu sama lain. Rizqaan adalah seorang penuntut ilmu yang gigih yang langka dimana dikala kalangan pemuda yang lainnya larut dalam kehidupan dunia muda dengan beragam fenomenanya. Halimah adalah sosok muslimah yang teguh menjalani fitrahnya menjadi seorang muslimah kaffah dilingkungan keluarga yang jauh dari nilai agama.

Lembar-lembar kehidupan (dalam beberapa bab)

Dan bab-bab selanjutnya adalah torehan tinta dari perjalanan panjang dan melelahkan dari babak-babak kehidupan dua orang muda-mudi dalam mengayuh dayung sebuah biduk kecil bernama rumah tangga yang mereka bangun dengan dasar ketaqwaan kepada Rabb mereka. Bermacam ujian dan cobaan yang digambarkan, namun senantiasa dihadapi oleh mereka dengan suatu sikap yang sudah selayaknya dimiliki oleh seorang muslim. Juga sampai pada masa-masa cobaan yang mereka sudah bukan dalam bentuk kesulitan namun justru suatu nikmat yang bisa saja menjerumuskan mereka ke jurang kenistaan.

Rizqaan memulai perjuangannya memberi nafkah kepada istrinya dengan mencoba berdagang menjajakan roti dari suatu pabrik dari sedikit modal yang dimilikinya. Kedua insan ini memulai hidup dalam keprihatinan, namun mereka tetap sabar dan yakin akan ketentuan yang diberikan Allah kepada mereka. Dari mulai diceritakan saat-saat mereka hanya makan nasi putih dengan garam dan bawang goreng, dan bermacam cobaan lainnya. Berkat kegigihan dan kejujuran Rizqaan dalam berdagang, juga kesabaran Halimah istrinya untuk menerima keadaan mereka dan keuletannya me-manage keuangan rumah tangga. Pelan tapi pasti kehidupan keduanya berangsur membaik. Rizqaan menjadi penjual roti keliling yang sukses, berkat kejujurannya dan teguhnya memegang prinsip agamanya untuk tidak berdekatan dengan segala hal yang berbau haram maupun syubhat yang melingkupi bidang pekerjaannya. Rizqaan adalah tipe pekerja keras, namun ia bukanlah hamba dunia. Ia bekerja keras untuk mendapatkan dunia, namun ia berniat menundukkan dunia itu agar menjadi ladang akhirat baginya. Kehidupan ruhaninya yang dulu pun tak menjadi rusak dikarenakan kesibukannya mencari harta, bahkan Rizqaan yang hanya lulusan SMA ini telah menjelma menjadi sosok yang layak menyandang gelar Al-Ustadz.

Kebahagiaan keduanya lengkap tatkala mereka mendapatkan keturunan dari Allah Ta’ala. Bisnis Rizqaan semakin maju, hingga kini Rizqaan sudah bukan lagi penjaja roti keliling tapi sudah menjadi seorang pengusaha roti yang mempekerjakan beberapa karyawan. Omzetnya pun bukan lagi puluhan ribu seperti ketika awal-awal ia merintis usahanya, namun sudah menjadi puluhan juta. Kerikil-kerikil tajam sudah barang tentu menjadi selingan dalam kehidupannya.

Gemuruh prahara

Pada bulan keenam tahun kesepuluh pernikahan mereka adalh puncak kebahagiaan yang mereka rasakan, tidak ada lagi kesusahan dalam hidup mereka. Rizqaan sudah menjadi seorang pengusaha sukses. Rumah mereka bukanlah rumah petak kontrakan ala kadarnya, namun sudah menjadi rumah mewah dengan pabrik roti di belakangnya. Akhirnya memasuki bulan kesebelas kehidupan yang mereka jalani terasa begitu lambat ketika mereka berusaha untuk mempertahankan kehidupan mereka dan menunggu hingga saat tiba bagi Rizqaan untuk membuktikan janjinya kepada mertuanya. Hingga suatu malam tiba, dimana malam itu pada bulan kedua belas dan hari “H” tinggal hanya dua hari lagi terjadi musibah besar yang memporak-porandakan kehidupan yang selama ini mereka bagun dengan susah payah. Kebakaran melanda pabrik dan rumah mereka, hingga menjadikan ayah Rizqaan meninggal dunia. Belakangan di akhir cerita diceritakan, bahwa kebakaran tersebut merupakan ulah dari saudara jahat Halimah yang bernama Asyraf agar ayahnya memenangkan perjanjian dan Halimah menikah dengan lelaki lain yang lebih kaya.

Badai Susulan

Baru beberapa dua hari berselang dari musibah kebakaran tersebut, musibah lain datang menyapa. Hari itu adalah hari final dari perjanjian yang diucapkan Rizqaan saat akad nikah sepuluh tahun yang lalu. Sang mertua (Bapak Halimah) dengan kejamnya menagih janji dari Rizqaan dan menyatakan bahwa Rizqaan tidak dapat memenuhi janjinya, karena saat ini Rizqaan telah menjadi seorang yang bangkrut. Akhirnya dalam pergulatan batin yang hebat sebagai seorang muslim dan muslimah yang menaati Allah dan Rasulnya. Mau tak mau mereka harus menepati janji mereka.

“Halimah istriku……..” ujar Rizqaan, dengan napas tercekat.

“Ya, abuya. Kakanda. Suamiku.” Balas Halimah, tak kalah pedihnya.

“Dihadapan Allah. Atas Dasar ketaatan kita kepada-Nya. Dengan harapan Allah akan memperjumpakan kita di Surga kelak dalam sejuta keindahan yang melebihi segala yang pernah kita rasakan berdua. Atas dasar cinta kasih kita yang suci. Atas dasar kepedihan hati yang mendalam, yang hanya Allah yang mengatahuinya: SAYA MENALAQMU ADINDA.”

Meski tabah, tapi mau tidak mau tangisan Halimah meledak, tak terbendung lagi. Ia menagis terisak-isak. Ia tak pernah membayangkan, bahwa kesetiaannya kepada suami akan berujung pada kepedihan seperti ini. Ya Allah Ya Rabbi. Kami yakin, berkah sesungguhnya adalah pada cinta-Mu kepada kami. Kami merindukan cinta-Mu. Hati Rizqaan dan Halimah berbisik lirih.

Lembaran-lembaran baru kehidupan Rizqaan, Halimah dan Nabhaan anak mereka

Pada bab-bab selanjutnya dikisahkan bagaimana Rizqaan merintis kembali usahanya yang telah hancur dengan sekuat tenaga dan ketabahannya menghadapi cobaan. Juga dikisahkan bagaimana kehidupan Halimah selanjutnya selepas menyandang predikat sebagai seorang janda yang sangat tidak dia harapkan. Tak lupa bagaimana rintihan putra mereka Nabhaan yang saat itu berusia delapan tahun ketika menanyakan kenapa kehidupannya tidak bisa bahagia seperti dulu lagi. Sampai pada suatu saat, ketika ada seorang duda kaya raya anak seorang pejabat yang mengutarakan keinginan untuk menikahi Halimah. Dikisahkan inilah sebab mengapa Asyraf, abang Halimah, melakukan perbuatan keji merusak kehidupan rumah tangga Rizqaan dan Halimah. Namun entah apa yang dibicarakan oleh Halimah, duda tersebut dan ayahnya, ketika mereka berniat melamar Halimah, sehingga menjadikan mererka mengurungkan niat untuk melamarnya. Saat diceraikan oleh Rizqaan, halimah sedang mengandung anak kedua mereka, dan saat menjadi janda kondisi kesehatan Halimah menjadi memburuk dan ternya Halimah telah divonis menderita leukimia (kanker darah) dengan diagnosa bahwa hidupnya tidak akan lama lagi. Hari-hari berlalu sampai suatu ketika Ayah Halimah menyadari bahwa Halimah tidak akan bisa menikah dengan lelaki lain selain Rizqaan.

Ending yang mengharukan

Suatu ketika Halimah dan kedua orang tuanya berkunjung ke rumah Rizqaan yang kini telah mapan kembali.

**************************************

“Kami datang, untuk sebuah keperluan yang mungkin tak pernah kamu duga ananda. Setelah perdebatan panjang, dan banyak kisah-kisah di sekitarnya, kami berniat, akan menikahkanmu kembali dengan putri kami, Halimah…..”

“A….pa…? menikahkanku kembali dengan Halimah” Rizqaan tergagap. Ia tak mampu berbicara. Ada kelebatan sinar menyapu otaknya. Sehingga ia nyaris hanya bisa terpaku karena kegembiraan yang tidak terkira.

*************************************

“Abuya….”

“Maaf, aku belum menjadi suamimu lagi….” sela Rizqaan

“Izinkan aku tetap memanggilmu Abuya. Aku tak terbiasa dengan panggilan lain.”

“Baiklah. Ada apa Adinda?”

“Abuya. Apakah abuya siap menikahiku lagi?”

“Adinda Halimah, kenapa aku tidak siap? Dari dulu aku tak pernah berniat menceraikanmu. Aku senantiasa mencintaimu. Hanya karena kita bukan suami istri lagi, aku selalu menindih rasa cintaku itu sekuat mungkin. Tapi bila diberi kesempatan menikahimu lagi, aku tak mungkin menolak.”

“Meskipun misalnya aku memiliki kekurangan yang tidak kumiliki sebelumnya?”

“Kekurangan apa Adinda?”

“Jawab dulu pertanyaanku.”

“Ya. Aku akan menikahimu dengan segala kekuranganmu yang ada. Selama itu bukanlah cacat dalam agamamu yang tidak dapat diperbaiki.” Ujar Rizqaan tegas.

“Abuya. Aku ingin Abuya menikahiku. Karena aku ingin mati dalam keridhaan seorang suami shalih…..” Halimah berhenti sejenak. Ada keharuan yang membuatnya tercekat, sehingga sulit bicara.

“Abuya bisa segera menikahiku. Tapi aku tak tahu, apakah keinginan itu akan tetap ada, setelah Abuya mengetahui kekuranganku sekarang. Abuya, aku baru saja satu minggu yang lalu melakukan check up. Dan aku terbukti mengidap leukimia…” sampai disitu, Halimah terisak. Ia tak mapu melanjutkan bicaranya.

Rizqaan merasa tersentak. Tapi demi Allah, ia tak sedikit pun merasa sedih. Kegembiraan bisa kembali bersama istrinya, tak bisa terkalahkan oleh kesedihan atas kondisi Halimah tersebut.

“Dokter mengklain bahwa usiaku tak akan lebih dari 3-4 bulan saja….” kembali Halimah menangis.

“Aku tidak peduli. Umur ada di tangan Allah. Manusia hanya mapu mengira-ngira. Nyawaku, bisa saja lebih dahulu terenggut daripada nyawamu. Aku akan segera menikahimu. Biarlah Allah yang menentukan akhir perjalanan hidup kita. Bagiku, hidup atau mati bersamamu, dalam “kecintaan” Allah adalah sebuah kenyataan yang paling penuh berkah”. Rizqaan berbicara dengan kayakinan kokoh membelit jiwanya.

*******************************************

Rizqaan dan Halimah kembali hidup berbahagia. Mereka kembali mengulang masa-masa penuh keceriaan di antara mereka. Satu bulan kemudian, anak mereka yang kedua lahir. Ia seorang bayi perempuan yang cantik. Mirip ibunya, Halimah. Bayi itu dilahirkan dengan cara normal. Bayi maupun ibunya sama-sama selamat.

*******************************************

Kebahagiaan mereka berlanjut, sampai suatu ketika datang berita bahwa abang Halimah, Asyraf menjadi buronan polisi dikarenakan kasus narkoba, dan juga berita tentang dalang penyebab kebakaran yang menewaskan ayah Rizqaan. Karuan berita itu membuat kegembiraan mereka semua hilang. Ayah Halimah yang kini menjelma menjadi orang baik hati marah besar kepada anaknya tersebut. Dan Halimah seketika jatuh pingsan dan sakit.

******************************************

Sore menjelang Maghrib, Halimah terbangun. Disampingnya duduk Rizqaan. Sementara di depannya, Ayah dan ibunya duduk diatas kursi plastik. Mereka semua cemas menantikan kesadarannya. Seorang dokter perempuan –yang sengaja diundang ke rumah- mendekatinya. Memeriksa nadinya, lalu memberikan suntikan di bagian lengannya.

“A…..Abuya….” Halimah berkata lirih.

“Aku disini Adinda”

“Alhamdulillah. Apakah sudah maghrib? “tanya Halimah.

“Belum. Masih kira-kira sepuluh menit lagi.”

“Abuya…”sapa Halimah pelan.

“Ada apa Adinda.”

“Apakah Abuya masih mencintaiku?”

“Tentu Adinda. Aku selalu mencintaimu karena Allah.”

“Aku juga mencintaimu karena Allah, Abuya.” Halimah diam sejenak lalu ia bertanya lirih.

“Apakah engkau akan tetap bersabar atas segala yang menimpa kita, Abuya?”

“Engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang bersabar, Adinda….”

“Abuya. Jawablah pertanyaanku.”

“Ya. Apa Adinda?”

“Apakah engkau meridhaiku sebagai Istri?”

“Sudah tentu Adinda. Suami mana pun akan meridhai istri seshaliha dirimu. Setaat dirimu. Sepatuh dirimu. Kamu bukanlah wanita yang tak memiliki kekurangan atau kesalahan. Tapi dengan keshalihanmu, ketaatanmu, kepatuhanmu, aku senantiasa ridha terhadapmu…..”

“Alhamdulillahilladzi bini’matihi tatimmush shaalihaat. Aku ingin termasuk di antara wanita yang disebutkan dalam Hadits.”

“Bagaimana itu Adinda?”

أًَيُّمَا امْرَ أًَ ة مَا تَتْ وَ زَ جُهَا عَنْهَا رَا ض د خَلَت الْجَنَّهَ

“Wanita mana pun yang meninggal dunia sementara suaminya ridha kepadanya, ia pasti masuk surga.”

Halimah mengucapkan Hadits itu sedemikian fasihnya. Arab, berikut terjemahannya.

“Semua wanita shalihah, mengidamkan hal itu Adinda, dengan izin Allah, Adinda akan termasuk di dalamnya.”

“Allahumma amien. Abuya, sekarang aku puas. Apaun yang terjadi atas diriku, kini aku sudah kembali menjadi istrimu. Aku telah berdo’a setiap malam, agar aku bisa berdampingan dengan suami yang shalih. Sehingga kalaupun mati, aku akan mati dengan keridhaan Allah kemudian dengan keridhaan suamiku…..” Halimah berhenti sejenak.

“Abuya, betapa indahnya bila Allah betul-betul mencintai kita. Aku ingin dengan cinta-Nya, kita berdua menuai bahagia seutuhnya. Kebahagiaan yang bukan Cuma di dunia, tapi juga di akhirat.”

Halimah menghela nafasnya yang terasa begitu berat.

“Abuya bila aku sudah tiada, berjanjilah untuk senantiasa berjalan di atas ajaran Allah. Didiklah anak kita, dan berbaktilah kepada orang tua….”

“Jangan berkata begitu Adinda….” Rizqaan menyela.

Halimah memberikan isyarat dengan tangannya, agar Rizqaan tidak bertanya apa-apa.

“Berjanjilah Abuya…..”

“Aku berjanji Adinda. Tanpa berjanji pun, ketaatan kepada Allah adalah janji seluruh manusia saat mereka berada dalam perut ibu mereka….” ujar Rizqaan.

“Alhamdulillah…….”

“Abuya….tabir itu mulai terbuka…..Aku mencintaimu, Abuya. Abuya tak perlu meragukan cintaku. Tapi aku lebih merindukan Allah. Bila ini kesempatanku bersua dengan-Nya. Aku tidak akan menyia-nyiakannya sedikit pun…….”

“Adinda….”

“Laa ilaaaha illallah…muhammadurrasulullah……”

“Adinda….”

“Laa ilaaaha illallah…muhammadurrasulullah……”

“Laa ilaaaha illallah…muhammadurrasulullah……”

“Laa ilaaaha illallah…muhammadurrasulullah……”

Suara tahlil itu semakin lembut dan syahdu dari mulut Halimah. Terus menerus. Semakin lama, semakin lemah. Namun semakin syahdu. Sampai akhirnya suara terakhir terdengar, masih sama, “Laa ilaaaha illallah…muhammadurrasulullah……”

Usai berakhirnya suara itu, nafas Halimah terhenti. Di tengah keheningan kamar di rumah mereka, yang masih tercium bau catnya. Karena belum lama dibangun Halimah mengehembuskan nafas terakhirnya. Sang ibu menjerit. Sang bapak menangis. Rizqaan juga tak kuasa menahan air matanya yang tiba-tiba mengalir deras. Pernikahannya dengan Halimah yang merupakan masa kembalinya kebahagiaannya yang beberapa saat nyaris lenyap, kini nyaris terenggut kembali. Tapi kepergian Halimah dengan kondisi yang menyemburatkan aurat Surga, membuat hatinya terasa nyaman. Ia bersedih, tapi juga berbangga dengan istrinya. Kesedihannya pupus perlahan karena rasa bangga bercampur rasa iri yang menyejukkan jiwanya. Betapa berbahagia Halimah.

Tak lama kemudian, adzan maghrib terdengar. Mereka mendengarkannya dengan khusyu’. Saat lantunan adzan berhenti, Ayah Halimah mendekati Rizqaan. Ia manatap menantunya yang sekian lama ia kecewakan. Sekian lama ia perangkap dalam kesukaran dan penderitaan. Pria yang –dengan seizin Allah- telah mengubah wujud putrinya, sehingga menjelma menjadi wanita shalihah begitu setia pada kebenaran. Ia menatap pemuda itu. Air matanya menetes tak terbendung. Penyesalan membuncah sehingga nyaris membakar otak. Ia nyaris bisu dalam suasana hati yang kuyup penyesalan.

“Duhai, seandainya aku masih memilki putri yang lain. Pasti aku akan menikahkannya denganmu, ananda.” Ujar ayah Halimah kepada Rizqaan.

“Halimah sudah cukup bagiku pak. Nikahkanlah aku kembali dengan putrimu itu pak.”

“Aku sudah melakukannya dua kali ananda…..”

“Cobalah untuk yang ketiga kalinya pak…”ujar Rizqaan lirih.

“Itu bukan lagi hakku ananda. Biarlah Allah yang akan menikahkanmu dengannya di Surga kelak. Relakanlah kepergiannya saat ini. Semua kita toh pasti akan mati juga. Gapailah Surga dengan amal ibadahmu. Dengan ketulusan hatimu. Hanya dengan itu Allah akan berkenan mempertemukanmu kembali dengannya…..”

Rizqaan tersenyum.


يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ

ارْجِعِي إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً

فَادْخُلِي فِي عِبَادِي

وَادْخُلِي جَنَّتِي




Hai jiwa yang tenang

Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya.

Maka masuklah ke dalam jama’ah hamba-hamba-Ku,

masuklah ke dalam syurga-Ku.


****************************************

http://kaspo.wordpress.com/2008/07/26/sandiwara-langit/


Doa Untuk Mendapat Keturunan yang Baik

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

“ROBBANA HAB LANA MIN AZWAJINA WA DZURRIYATINA QURROTA A’YUN, WAJ’ALNA LILMUTTAQINA IMAMAA.”

(Wahai Robb kami, karuniakanlah pada kami dan keturunan kami serta istri-istri kami penyejuk mata kami. Jadikanlah pula kami sebagai imam bagi orang-orang yang bertakwa) (QS. Al Furqon:74)

Doa Ketika Hujan & Sesudah Hujan

DOA KETIKA HUJAN TURUN

اَللَّهُمَّ صَيِّبًا نَافِعًا

“Ya Allah! Turunkanlah hujan yang bermanfaat.” [HR. Bukhari dengan Fathul Bari: 2/518]



BACAAN SETELAH HUJAN TURUN


- مُطِرْنَا بِفَضْلِ اللهِ وَرَحْمَتِه

“Kita diberi hujan karena karunia dan rahmat Allah.” [HR. Bukhari: 1/205, Muslim: 1/83]

Sumber : Kumpulan Doa dalam Quran dan Hadist, Said bin Ali Al Qahthani, 2007.

Doa Saat Gundah dan Berduka

اللَّهُمَّ إِنِّي عَبْدُكَ، ابْنُ عَبْدِكَ، ابْنُ أَمَتِكَ، نَاصِيَتِي بِيَدِكَ، مَاضٍ فِـيَّ حُكْمُكَ، عَدْلٌ فِـيَّ قَضَاؤُكَ، أَسْأَلُكَ بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ لَكَ، سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ، أَوْ أَنْزَلْتَهُ فِي كِتَابِكَ، أَوْ عَلَّمْتَهُ أَحَداً مِنْ خَلْقِكَ، أَوِ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِي عِلْمِ الْغَيْبِ عِنْدَكَ، أَنْ تَجْعَلَ الْقُرْآنَ رَبِيْعَ قَلْبِي، وَنُوْرَ صَدْرِي، وَجَلاَءَ حُزْنِي، وَذَهَابَ هَمِّي.

“Ya Allah, sesungguhnya aku adalah hamba-Mu, anak dari hamba-Mu, ubun-ubunku (nasib-ku) ada di tangan-Mu, telah lalu hukum-Mu atasku, adil ketetapan-Mu atasku, aku mohon kepada-Mu dengan perantara semua nama milik-Mu yang Engkau namakan sendiri, atau Engkau turunkan dalam kitab-Mu, atau Engkau ajarkan seseorang dari hamba-Mu, atau Engkau rahasiakan dalam ilmu ghaib disisi-Mu. Jadikanlah Al Qur’an sebagai penawar hatiku, cahaya dalam dadaku, penghapus dukaku dan pengusir keluh kesahku“ [HR. Ahmad: 1/391, dishahihkan oleh Al Al Bani].


للَّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ، وَالْعَجْزِ وَالْكَسَلِ، وَالْبُخْلِ وَالْجُبْنِ، وَضَلَعِ الدَّيْنِ وَغَلَبَةِ الرِّجَالِ.

“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari keluh kesah dan rasa sedih, dari kelemahan dan kemalasan, dari sifat bakhil dan penakut, dari cengkraman utang dan laki-laki yang menindas-(ku)“ [ . HR. Bukhari: 7/158, “Adalah Rasulullah banyak (membaca) doa ini, lihat Bukhari dalam Fathul baari: 11/173].

Dikutip dari : "Kumpulan Doa dalam Al Qur'an dan Hadist" oleh Said bin Ali Al Qahthani, 2007.

Doa kepada Orang yang Sakit

لاَ بَأْسَ طَهُوْرٌ إِنْ شَاءَ اللهُ

“Tidak mengapa, semoga sakitmu ini membuat dosamu bersih, Insya Allah“ [HR. Bukhari: 10/118].

أَسْأَلُ اللهَ الْعَظِيْمَ رَبَّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ أَنْ يَشْفِيَكَ (سَبْعَ مَرَّاتٍ).

“Aku mohon kepada Allah yang Maha Mulia pemilik ‘Arasy Yang Agung, agar Dia menyembuhkanmu". Dibaca tujuh kali.

“Setiap hamba muslim yang mengunjungi orang sakit, yang belum datang ajalnya kemudian dia membaca: (do'a di atas) tujuh kali, maka (orang yang sakit tersebut) akan disembuhkan” [Lihat Shahih Tirmidzi: 2/210 dan Shahih Jami’: 5/180].

Dikutip dari : "Kumpulan Doa dalam Al Qur'an dan Hadist" oleh Said bin Ali Al Qahthani, 2007.

Doa Ketika Ada Angir Ribut

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ خَيْرَهَا، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّهَا

“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu kebaikannya dan aku berlindung kepada-Mu dari keburukannya" [HR. Abu Dawud: 4/326, Ibnu Majah: 2/1228. Lihat Shahih Ibnu Majah: 2/305].

Sumber : Kumpulan Doa dalam Quran dan Hadist, Said bin Ali Al Qahthani, 2007.

Doa Saat Mendengar Petir

سُبْحَانَ الَّذِي يُسَبِّحُ الرَّعْدُ بِحَمْدِهِ وَمَلاَئِكَتُهُ مِنْ خِيْفَتِهِ

“Maha suci Allah yang petir bertasbih dengan memuji-Nya dan begitu juga para malaikat, karena takut kepada-Nya“ [Al Muwattha’: 2/992, Al Albani berkata: sanadnya shahih secara mauquf].

Sumber : Kumpulan Doa dalam Quran dan Hadist, Said bin Ali Al Qahthani, 2007.

Doa Masuk & Keluar WC


Doa Masuk WC


[بِسْمِ اللهِ] اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْخُبُثِ وَالْخَبَائِثِ

(Bismillah Allaahumma inni a’udzubika minal khubusi wal khabaaits)

Artinya : ”Dengan menyebut nama Alloh, Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari pada syetan jantan dan setan betina” (HR. Al-Bukhari 1/45 dan Muslim 1/283. Sedang tambahan bismillaah pada permulaan hadits, menurut riwayat Said bin Manshur. Lihat Fathul Baari 1/244).


Doa Keluar WC

غُفْرَانَكَ

(Ghufraanaka)

Artinya: “Aku minta ampun kepada-Mu” ( HR. Seluruh penyusun kitab Sunan, kecuali An-Nasai yang meriwayatkan dalam ‘Amalul Yaumi wal Lailah, lihat Takhrij Zaadul Ma’aad 2/387.)

Dikutip dari : www.wahonot.wordpress.com

Doa Agar Anak Menjadi Sholeh

Do’a Pertama

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

“ROBBANA HAB LANA MIN AZWAJINA WA DZURRIYATINA QURROTA A’YUN, WAJ’ALNA LILMUTTAQINA IMAMAA.”

(Wahai Robb kami, karuniakanlah pada kami dan keturunan kami serta istri-istri kami penyejuk mata kami. Jadikanlah pula kami sebagai imam bagi orang-orang yang bertakwa) (QS. Al Furqon:74)




Do’a Kedua


رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي

“ROBBI AWZI’NI AN ASYKURO NI’MATAKALLATI AN ‘AMTA ‘ALAYYA. WA ‘ALA WAALIDAYYA WA AN A’MALA SHOLIHAN TARDHOH, WA ASHLIH LII FI DZURRIYATIY”

(Wahai Robbku, ilhamkanlah padaku untuk bersyukur atas nikmatmu yang telah Engkau karuniakan padaku juga pada orang tuaku. Dan ilhamkanlah padaku untuk melakukan amal sholeh yang Engkau ridhoi dan perbaikilah keturunanku) (QS. Al Ahqof:15)

Dikutip dari : http://rumaysho.wordpress.com/2009/01/09/doakanlah-anakmu-pak-%E2%80%A6/