Jangan Lupakan Mereka, Anakku...

Hidup di negeri makmur seperti Qatar, tidak banyak potret kemiskinan yg bisa dilihat. Walaupun orang miskin pastinya tetap ada, namun potret kemewahan dan kekayaan menjadi pemandangan yang umum yang menyilaukan bagi yang memandang, terlebih bagi yang menikmatinya.

Di sudut nurani ini, muncul ketakutan.... Kami takut, menjadi insan-insan yang berhati keras. Kami takut anak-anak kami lupa pada mereka yang hidup dalam kekurangan. Makanan dan pakaian yang amat cukup, tempat tinggal yang nyaman, kendaraan, dan berbagai kemudahan mereka rasakan, akankah mereka tahu di balik dunia sana masih ada orang-orang yang mati kelaparan.....?

Potret kemiskinan dan kelaparan ibarat dongeng bagi mereka. Kami hanya bisa bercerita, kami hanya bisa mengingatkan, dan menanamkan belas kasih pada sesama manusia, terlebih jika mereka muslim. Kami hanya bisa mengingatkan bagaimana Nabi mereka Sholallahu 'Alaihi Wassalam membimbing umatnya untuk hidup sederhana. Kadang kami terlalu strict, kadang kami begitu loose. Kami kisahkan, anak-anak yang tidak dapat makan di saat mereka lapar, tidak dapat minum di saat mereka haus, tidak dapat membeli susu, mainan, buku-buku, tidak memiliki rumah dan pakaian yang layak. Seringkali air mata ini menetes ketika menceritakan itu semua. Memang sangat menyesakkan dada, kami hidup dalam kesenangan sementara mereka hidup dalam kekurangan.

Sebuah video tentang kemiskinan dan kelaparan di Somalia yang saya lihat kemarin, telah membuat hati saya teriris-iris. Saya panggil Zahra (4 tahun), saya tunjukkan padanya video itu sebagai pemandangan kongkrit tentang kemiskinan dan kelaparan yang kami ceritakan selama ini. Saya ingin dia tahu, kelaparan bukanlah dongeng, tapi sebuah realita.

Saya jelaskan setiap gambar yang muncul di video. Entah dia paham atau tidak karena penjelasan yang saya berikan bercampur dengan segukan tangis dan air mata.

"Mama, kenapa mama menangis....?"

Ah, Zahra... Mama barusan juga baca seorang ibu Somalia yang meninggalkan anaknya sekarat karena kelaparan dan kehausan demi menyelamatkan jiwa yang lain. Akankah engkau paham perasaan seorang ibu yang terpaksa mengorbankan buah hatinya....? Tidak hanya 1, tapi mungkin 2,3, atau semua anak-anaknya....

Zahra meminta diputarkan kembali video yang dia lihat. Mungkin dia masih ingin memahami apa yang terjadi di video itu.

Seusai menonton video itu, Zahra berkata, "Mama, jangan menangis lagi, ya. Nanti Zahra mau kok kasih shodaqoh. Jangan menangis lagi ya, Ma..."

Semoga engkau menjadi anak shalihah dan ringan tangan dalam membantu sesama, anakku... Jangan pernah melupakan mereka yang hidup dalam kekurangan meski engkau sekarang hidup dalam kecukupan....


Al Wakra, 14 Ramadhan 1432 H / 14 Agustus 2011 jam 08.25