Waktu-waktu Bersama Zahra (2)

Menonton

Tinggal di rumah flat di tanah Arab memang berbeda dibandingkan dengan tinggal di rumah-rumah di Indonesia pada umumnya. Minimnya area bermain (halaman) serta kondisi udara yang kadang kurang bersahabat, menyebabkan anak lebih banyak menghabiskan waktunya di dalam rumah. Pada umumnya, anak-anak di sini menghabiskan waktu dengan menonton TV, bermain game, pergi ke playground dan tempat-tempat bermain di mall pada waktu akhir pekan. Kami tidak menyetel TV, tapi Zahra masih diperkenankan menonton video (bisa film kartun, film dokumenter, video demo memasak, video prakarya, dsb.). Sehari, VCD yang boleh ditonton 2-3 saja (biasanya 2 sudah cukup). Kalau sudah menonton VCD, tidak ada lagi kuota waktu untuk menonton di YouTube. YouTube biasanya diberi waktu 1-2 jam (biasanya 1 jam lebih sedikit sudah cukup). Untuk YouTube, Zahra lebih sering menonton dari HP. Ini juga memudahkan saya untuk mendampinginya saat menonton. Meski tontonan tersebut bernama film kartun, namun bukan berarti aman 100%. Film kartun kadang mencontohkan kekerasan, kejahilan, dsb. Belum lagi kartun-kartun barat yang sarat akan budaya dan nilai-nilai yang bertentangan dengan ajaran Islam. Diperkenalkannya anak dengan dunia sihir, peri-peri, hari-hari raya agama mereka, pergaulan dengan lawan jenis, model pakaian yang terbuka aurat, musik dan lagu, dan masih banyak lagi. Kalau bisa dibilang, tidak ada satu pun yang aman, meski itu bernama film kartun Islam sekalipun.

Sebelumnya Zahra sempat mengkonsumi film kartun Islam untuk anak-anak. Betul bahwa film tersebut mengajarkan adab-adab, doa, pengetahuan dasar Islam, dsb. Sayangnya, film itu sarat akan musik dan lagu-lagu. Sementara, telah sampai pengetahuan saya tentang haramnya musik dan lagu, dan Zahra pun tahu akan hal itu (Kalau mau protes, gak terima, gak setuju, jangan sama saya, yah. Protes langsung sama Pembuat Syariat ^_*...). Oleh karena itu, Zahra terbiasa mematikan suara video jika terdengar ada musik dan lagunya. Kadang dia lupa juga sih, dan kalau diingatkan, Zahra langsung mematikan suaranya. Yang sulit adalah ketika ada dialog bersamaan dengan musik...

Selain itu, cara/ilustrasi yang disuguhkan film-film kartun Islam yang pernah kami tonton itu kadang justru memberi ide pada anak tentang pertengkaran, kata-kata yang kurang santun, dan kenakalan-kenakalan anak lainnya. Betul bahwa kemudian dijelaskan bahwa perbuatan-perbuatan tsb adalah perbuatan yang tidak baik. Namun, sayangnya anak terlanjur "terinspirasi" dengan contoh yang jelek itu, walaupun di sisi lain mereka tahu bahwa perilaku tersebut tidak baik.

Hal lain adalah bahwa film kartun "Islami" tersebut mencontohkan tata cara ibadah-ibadah yang menyelisihi sunnah, termasuk pengambilan doa dari sumber yang dhaif.

Ada lagi film kartun kisah-kisah Islam. Ternyata, kisahnya pun kurang dapat dipertanggungjawabkan karena ada diantaranya yang mengambil kisah dari sumber yang dhaif ataupun maudhu.

Serba salah memang. Di satu sisi, anak butuh hiburan. Di sisi lain, berbagai "ancaman" mengintai anak dari apa yang dia tonton. Itulah sebabnya, saya mematikan TV, dan hanya menggunakan pesawat TV tersebut untuk menyetel video kajian dan video-video Zahra yang sudah saya seleksi.

**

Bermain Game

Selain menonton video, Zahra diperkenankan bermain game di internet. Tentunya, game yang dimainkan adalah hasil seleksi mamanya. Kebanyakan game edukatif, seperti mengenal huruf, belajar membaca, mengenal bentuk dan warna, mengenal kosa kata bahasa Arab, berhitung, dan banyak lagi. Saya banyak mendapatkan link edukatif tersebut dari para homeschooler. Seperti halnya menonton, waktu main game pun dibatasi. Biasanya 1-2 jam saja/hari. Habisnya waktu ditandai dengan bunyi timer/alarm yang sudah disetting sebelumnya.

**

Mengerjakan Worksheet

Sebelum Zahra bersekolah (menjelang usia 3 tahun), saya memberikan worksheet untuk kami kerjakan bersama-sama. Waktu itu Zahra belum paham apa yang bisa dia lakukan dengan worksheet tersebut. Jadi, sayalah yang lebih banyak mengerjakan sementara Zahra memperhatikan. Misalnya mewarnai. Setelah itu kami gunting dan kami tempel di kertas atau dinding kamar Zahra. Dalam kegiatan tersebut, saya mencoba memperkenalkan Zahra pada bentuk, warna, huruf, dan angka. Tidak perlu menuntut anak untuk langsung bisa. Yang penting dia have fun dan tidak asing dengan bentuk-bentuk tersebut di kemudian hari. Kegiatan mewarnai juga bisa melatih motorik halus Zahra.

Selain itu, kami bermain dengan playing dough (lilin mainan/plestisin). Awalnya, saya hanya membuat bentuk-bentuk dasar seperti bola, lingkaran, bujur sangkar, persegi panjang, segitiga, dsb. Kemudian berkembang menjadi bentuk-bentuk lain yang sederhana, seperti mangkuk, gelas, sendok, dsb. Sampai sekarang Zahra masih senang bermain plastisin ini. Dibentuknya huruf-huruf hijaiyah alif, ba, ta, dst. InsyaAllah bermain plastisin dapat membantu melemaskan otot-otot tangan anak sehingga membantu perkembangan motorik halusnya.

**
Melukis

Melukis, atau lebih tepatnya mewarnai dengan cat. Merupakan salah satu kegiatan Zahra. Sebenarnya sih tidak karu-karuan. Tapi tak apalah. Biarlah Zahra bereksperimen dengan warna serta melatih motorik halusnya. Selain itu, seperti halnya acara bermain yang lain, Zahra pun diberi tanggung jawab untuk tidak menumpahkan air dan cat. Kalau tumpah, maka dia sendirilah yang harus membersihkannya. Selesai bermain, Zahra harus membereskan kembali peralatan yang dia pakai.

**

Rasa Pisang atau Stroberi?

Kondisi lingkungan yang saya tempati menuntut saya (dan suami) berperan sebagai teman bagi Zahra. Sering kami kejar-kejaran di rumah, main petak umpet, main kuda-kudaan, main kitik-kitikan, dll. Oh ya, Zahra senang lho digigit pantatnya. Dia akan rela menyodorkan pantatnya yang montok untuk digigit mamahnya sambil bertanya, "Mamah, mau rasa pisang atau stroberi?" Maksudnya, pantat kiri rasa pisang, pantat kanan rasa stroberi. Lalu saya memilih cita rasa yang saya suka, dan menggigit pantatnya sesuai rasa yang dimaksud. Setelah itu, pilihan rasanya diganti dan saya diminta memilih. Begitu seterusnya. Hehehehe....permainan yang aneh 'kan?

**

Mendekap Zahra

Cantik. Itulah yang terlihat jika Zahra mengenakan mukena. Kadang dia ikut sholat di samping saya, namum kadang di tengah-tengah sholat anak itu sudah kabur. Yang unik, jika saya tengah berdizikir sesudah sholat, maka Zahra akan masuk ke mukena saya, berbaring di pangkuan saya untuk sesaat, menikmati dekapan di dada saya, lalu...kabur lagi. Saat-saat mendekap Zahra sambil menciuminya adalah salah satu momen yang paling membahagiakan untuk saya.

Waktu lain yang Zahra senangi untuk mendapat dekapan adalah waktu bangun tidur. Biasanya dia tidak langsung ON. Jadi, Zahra membutuhkan beberapa saat untuk dipeluk, sambil dibelai-belai dan dicium. Atau bahkan, dia hanya ingin dipeluk.

Atau, saat-saat kapanpun saya atau Zahra ingin peluk dan cium, maka saat itulah saya memeluk dan menciumnya. Bagi kami, tiada hari tanpa peluk dan ciuman. You know what, hugs and kisses can heal the pain. Bahkan ketika anak melakukan kesalahan kemudian menangis, pelukan dapat menentramkan hatinya dan hati seorang ibu. InsyaAllah, anak pun bisa menerima jika dinasehati sambil didekap atau ditatap matanya dengan lembut. Well, saya sih ibu yang galak sebenarnya, hehehe...

**
Membaca Buku.

Membaca adalah salah satu hobi Zahra. Lebih tepatnya, dibacakan buku. Zahra memiliki banyak buku karena saya mencoba semaksimal mungkin membiasakan Zahra membaca sedari kecil. Membaca adalah jendela ilmu, dan ilmu adalah cahaya...

Zahra sering meminta saya untuk membacakan buku-bukunya. Karena saya sering malas, saya biasanya hanya membacakan beberapa buku. Sisanya Zahra sendiri yang "membaca". Biasanya dia pandangi gambar-gambarnya dalam waktu lama sebelum membalik halaman tersebut ke halaman berikutnya.

**

Bercerita.

Salah satu kegiatan favorit Zahra adalah mendengarkan cerita. Bisa dari buku, atau cerita karangan saya sendiri. Kadang bercerita di kamar/tempat tidur, kadang sambil mandi, kadang sambil makan, dan kadang bercerita adalah jurus mujarab untuk membangunkan Zahra di pagi hari.

Cerita yang saya sampaikan kadang kisah-kisah, namun lebih sering cerita remeh temeh, seperti anak burung dan mamah (induk) burung yang bangun di pagi hari, metamorfosis katak dengan ilustrasi sederhana, ayamnya aki di Indonesia, kucingnya mamah waktu kecil, atau apapun itu. Bagi seorang anak, cerita-cerita tersebut ternyata menggugah minatnya.

Oh ya, Zahra juga enjoy jika mamahnya bercerita sambil pura-pura menjadi ibu guru. Kalau ada bapak, biasanya bapak pura-pura jadi salah satu murid. Yang saya ingat, saya bercerita tentang kisah Nabi Sulaiman. Sebelum bercerita, saya mengawalinya dengan khutbatul hajjah. Itu lho bacaan yang sering diucapkan ustadz kalau mau ceramah : "...innal hamda lillaah, dst..." Wah, Zahra senang sekali. Nanti Zahra akan menagih mamahnya untuk mengulang lagi, "Ayo mah, mamah seperti ustadz...." Hehehehe...

***

Apa lagi ya....? Udah dulu kali yaa.... Capek nih mengarang indahnya ^_^

Doha, 24 Jumadil Tsani 1432 H / 28 Mei 2011

Photo : morgue****