Susahnya Cari Parkir di Qatar

[Katarsis MODE ON]

Entah karena makmur atau fasilitas transportasi publik yang belum menunjang, jumlah kendaraan pribadi di Qatar sangat banyak. Semua keluarga hampir dapat dipastikan memiliki setidaknya sebuah mobil pribadi (ini kata saya loh karena saya tidak punya data statistik). Hal ini berdampak salah satunya pada sulitnya mendapat parkir di kawasan bisnis, perkantoran, bahkan pemukiman pada jam-jam tertentu. Untuk yang sudah tinggal beberapa lama di Qatar, tentunya sudah tidak asing lagi dengan kondisi ini. Rebutan area parkir sudah hal lumrah, bahkan tidak jarang kita harus menarik urat leher alias adu mulut dengan pemilik kendaraan lain yang merasa lebih berhak mendapat tempat parkir itu. Kalo orang Indonesia, kayaknya kebanyakan ngalah. Entah karena budaya "nrimo"-nya, atau apa entahlah. Tapi kalo lawan saing adalah orang Arab, terlebih Qatari, sepertinya kita emang kalah ngotot. Lagian, males juga 'kan kalo yang diajak berantem gak bisa bahasa Inggris? Nah, kalo kita bilang, "Emang ini tanah moyang elo?!" Lha.....emang nyatanya ini tanah moyang mereka kok.... Bingung 'kan?

Ada juga bangsa tertentu yang sudah diketahui secara umum sering bertindak menyebalkan. Kadang yang mereka lakukan sangat ajaib dan so unbelievable. Nah, kita masih bisa tuh adu mulut sama mereka. Tapi tetep juga gak ada manfaatnya karena udah 'ndablek' dari 'sononya'. Saya sendiri suka heran begitu kurang pekanya orang-orang dari bangsa itu terhadap kepentingan orang lain. Tidak pernahkah mereka mencoba memposisikan diri pada posisi orang lain...? Tidak sedikit pun terlihat atau menyesal meski mereka jelas-jelas salah.

Pengemudi yang "sopan" biasanya TST (tau sama tau) ketika sebuah mobil meninggalkan satu area parkir lalu mobil mana yang lebih dulu antri ato 'ngetek' parkiran itu. Dari "bahasa tubuh" mobil sebenarnya kita bisa tahu itu. Tapi bangsa yang satu ini memang suka sedikit keterlaluan. Hanya karena posisi mobilnya 'pewe' (PW = posisi wuenak) alias strategis/pas, dia ambil parkiran itu. Tak segan dengan melanggar marka/rambu jalan, misalnya dari arah yang bukan seharusnya. Walhasil, mobil yang sudah 'ngetek' tadi keduluan. Si empunya mobil pun ngamuk-ngamuk karena dia sudah muter-muter setengah mati cari parkiran dan bersabar antri demi sebuah parkiran kosong sementara si lawan saing dengan mudahnya mengambil haknya dengan cara yang tidak etis. Kalo sudah begitu, perang mulut pun berkobar. Tatat tetet klakson mobil lain pun mampu memanaskan suasana. Belum lagi summer hot-hotnya. Lengkap sudah penderitaan. Maklum, mobil-mobil lain yang mau lewat pun jadi terblokir sama tuan-tuan mobil yang lagi asyik terlibat adu mulut.

....

Itulah salah satu ujian? Kok bisa? Ya, bisa dong. Bukankah setiap kenikmatan dan kesusahan pada hakekatnya adalah ujian? Tak terkecuali dalam mencari parkir! Terpikirkanlah oleh kita bahwa kuncinya adalah tawakal? Secara sederhana (dalam bahasa saya), tawakal adalah menyerahkan segala urusan kita kepada Allah. Maka untuk masalah "sepele" pun (cari parkir) kita harus tawakal, pasrah pada Allah. Bukan berarti tanpa usaha lowh.... Tetap berusaha, namun dengan memberikan hak orang lain sebagaimana mestinya dan menempatkan sesuatu pada tempatnya (adil). Kalo hanya karena posisi mobil kita 'pewe' trus kita merebut parkiran yang sudah diantriin orang lain, itu namanya kita merampas hak dia. Jika orang yang kita rampas haknya tidak ikhlas, maka berdosalah kita padanya. Terlebih jika dia adalah seorang muslim, karena haram hukumnya menyakiti saudara seiman kita baik secara fisik maupun batin. Maka jika selamanya kita tidak minta maaf ato dia tetap tidak ridha atas tindakan kita, maka kita menanggung dosa sampai hari pembalasan kelak....(iih....seyeeem...)

Belum lagi makian dan cacian yang seolah menjadi satu kesatuan dalam suatu adu mulut. Bertambahlah dosa kita....

Pelanggaran aturan, marka/rambu jalan, etika berkendaraan.....adalah bentuk kezhaliman yang lain... (zhalim = tidak adil, tidak menempatkan sesuatu pada tempatnya). Zhalim terhadap pemerintah, jika peraturan itu dibuat pemerintah. Bukankah kita diperintahkan untuk taat pada pemimpin selama apa yang diperintahkan itu tidak dalam rangka bermaksiat pada Allah dan rasul-Nya? Zhalim terhadap manajemen gedung, jika peraturan dibuat oleh manajemen gedung; Zhalim terhadap pengendara/pengguna fasilitas lain karena bisa jadi jalan yang seharusnya menjadi hak mereka kita rampas secara tidak adil.... Belum lagi jika orang-orang yang terzhalimi itu mengutuk, "You stupid, idiot, moron !!" Nah loh.....kalo 10 orang yang terzhalimi mengutuk kita dengan "stupid, idiot, moron", apa jadinya....?? Naudzubillah....

Sabarlah. Rezeki Allah-lah yang Mengatur. Kita dapat tempat parkir, itu rezeki. Kita tidak dapat di tempat parkir, berarti rezeki kita ada di tempat lain. Anggap saja masalah parkir ini "jodoh-jodohan". Kalo emang jodoh, takkan lari kemana... Menghalalkan segala cara demi sebuah tempat parkir adalah salah satu bentuk keraguan kita pada rezeki yang Allah sudah tetapkan bagi setiap orang. Jangan sampai gara-gara mengejar diskon di mall, dosa bertubi-tubi pun kita lakukan tanpa kita sadari. Astagfirullah.....

Tawakal.... dan nantikan "keajaiban" yang mungkin bisa kita alami.... pertolongan Allah dalam mendapatkan tempat parkir di Qatar ini....

Sepele, namun serius....

Doha, 20 Juamdil Akhir 1431 H / 3 Juni 2010

-Ummu Zahra-

*nu keur nyareuri awak teuing kunaon....

[Katarsis MODE OFF]


****

Kayaknya pernah ada tulisan/note yang saya baca tentang pengalaman menarik seputar rebutan parkiran di Qatar. Cuma saya tidak ingat, note-nya siapa. Note-nya sangat menarik. Jadi geli sendiri bacanya...