Anakku Sudah Bisa Berwudhu

Doha, Desember 2008

Bagi seorang ibu yang memiliki balita, tidak ada yang lebih membahagiakan selain melihatnya tumbuh sebagai anak yang bahagia, sehat, cerdas, dan lincah.

Perkembangan Zahra dari waktu ke waktu, hari demi hari, jam demi jam, bahkan detik demi detik dapat kusaksikan sendiri. Dan betapa aku menjadi orangtua yang paling berbahagia menyaksikan anakku semakin hari semakin pintar dan cerdas. Ada kalanya momen seperti ini membuat aku terharu biru. Aku masih ingat ketika Zahra belajar makan dan memasukkan sendiri sendok makannya. Ia menyempatkan diri “menyuapi” mamanya seperti mama biasa menyuapinya. Pada saat mandi, Zahra dengan excited-nya memegang sabun batang yang kebesaran dan suka loncat-loncat lalu menyabuni badan mamanya. Pada saat mau tidur dan ia mengira mamanya sudah tertidur lebih dulu, ia menyelimuti mamanya seperti mama biasa menyelimutinya. Ada perasaan begitu dalam ketika ia memanggil aku, “Mamaa….mamaa…..”, dan momen mengharukan yang terjadi sore ini adalah menyaksikan Zahra berwudhu. Subhanallah…..

Suatu kebiasaan yang aku mulai terapkan pada Zahra adalah mencuci tangan selesai menggunakan toilet. Setiap Zahra selesai pipis atau eek, aku mengangkatnya ke wastafel dan mencucikan tangannya. Selain wastafel biasa, di kamar mandi utama kami ada semacam basin untuk cuci-cuci. Basin ini ada di bawah sehingga terjangkau oleh Zahra. Biasanya setelah aku mencucikan tangan Zahra, Zahra tetap aku biarkan membuka keran dan mencuci tangannya sendiri beberapa saat. Setelah itu aku bilang, “Sudah ya…..”, lalu kumatikan lampu kamar mandi sambil menuntunnya keluar. Kalau aku perhatikan, lama-lama Zahra bisa mencuci tangannya dengan benar, tidak asal kena air. Selain mencuci tangan, Zahra sering membasuh hidungnya berkali-kali. Awalnya hanya sampai membasuh hidung, tapi kemudian bertambah dengan membasuh kaki kanan (saja). Hanya dalam beberapa hari, Zahra melengkapi “ritual”-nya dengan membasuh kaki kiri. Aku paham yang ia lakukan tak lain dan tak bukan adalah meniru mama dan bapaknya berwudhu. Namun, aku tidak pernah berpikir bahwa dalam waktu singkat, Zahra bisa melengkapi gerakan wudhunya. Sore ini (29/12/08), Zahra selesai mandi dan bersiap melakukan “ritual” wudhu. Aku terpana menyaksikan Zahra dapat berwudhu dengan gerakan dan urutan yang baik (well, sebenarnya urutan tidak menjadi masalah karena Rasulullah Sallalahu ‘Alaihi Wassalam pun pernah berwudhu tanpa berurutan. Wallahua’lam). Mula-mula ia mencuci tangan, kemudian membasuh daerah mulut dan hidung berkali-kali (sepertinya ia membasuh mulut beberapa kali dan hidung beberapa kali sehingga gerakan membasuh daerah tersebut terlihat banyak sekali), lalu membasuh kepala yang dilanjutkan membasuh telinga, dan terakhir membasuh kaki kanan lalu kaki kiri. Walaupun tanpa membasuh wajah dan lengan, untuk anak yang belum genap 19 bulan, menurutku itu suatu hal yang amazing. Suatu hal yang amat mengharukan….. Belakangan ini aku lihat, Zahra sudah menyempurnakan kembali gerakan wudhunya dengan tambahan membasuh lengan. Berarti masih miss satu gerakan, yaitu membasuh wajah. Subhanallah….

Selain berwudhu, Zahra kerap melakukan gerakan sholat. Biasanya ia latah nungging-nungging di atas sajadah ketika mamanya sholat. Pada saat adzan berkumandang, Zahra segera menirukan gerakan takbiratul ihram dan melafadz, “Awooo….,” yang maksudnya adalah “Allahu Akbar”. Setelah “takbiratul ihram”, Zahra langsung “sujud”. Gerakan “sujud”-nya nungging, dengan wajah mencium lantai (atau alas apapun yang ia letakan di atasnya) namun kedua kakinya tetap berdiri. Terbayang? Ya…pokoknya nungging lah. Setelah “sujud”, Zahra langsung duduk dengan kedua kaki diluruskan ke depan, kemudian menoleh ke kanan-kiri. Tentunya Zahra belum bisa duduk tasyahud akhir sehingga begitulah cara duduknya. Selesailah Zahra sholat 1 rakaat (saja)….. Kalau diperhatikan, kalau Zahra dapat mendengar adzan dan melihat mamanya sholat (kalau bapak sholatnya berjamaah di masjid), ia tidak pernah melewatkan waktu tersebut untuk “mengerjakan” sholat……

Subhanallah….Maha Suci Engkau, ya Allah yang telah menciptakan seorang mahluk berakal pikiran yang memiliki kemampuan belajar yang menakjubkan. Semoga Engkau senantiasa menjaga anakku di saat tidur maupun terjaga, mencintai dan menyayanginya di saat ia ingat atau lupa, memelihara hatinya dari kekufuran dan kefasikan, meniupkan ikhlas dan sabar sebagai tabiatnya, menjadikannya muslimah yang sholehah yang pandai menjaga diri dan kehormatannya, berbakti pada orangtua, memberi manfaat untuk masyarakat. Amiin, ya Robbal ‘alamiin…..

“Jika seseorang meninggal, maka amal perbuatannya terputus kecuali dari tiga perkara : sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan dan anak shalih yang mendo’akannya” [HR. Muslim]

Semoga Zahra menjadi amal jariyah bagi kedua orangtuanya. Amiin….

-Ummu Zahra-