Good People in Qatar

Doha, September 2008

Assalamu’alaikum, semuanya….

Mama Zahra mau cerita nih pengalaman hidup jauh dari tanah air. Cukup menarik. Insyaallah ada hikmahnya.

Sudah sekitar 9 bulan lebih kami (aku & Zahra) di sini dan melewati beberapa “krisis”. Sebenarnya krisis sudah dimulai pada saat berangkat dari Soekarno Hatta, yaitu bagasi yang over dan akhirnya kami harus repackage saat itu dan meninggalkan 1 koper. Krisis kedua adalah hari2 pertama di Qatar, yaitu menghadapi Zahra yang sakit sementara ibu dan bapaknya juga gak sembuh2 pilek dan batuknya. Sampai akhirnya, tgl 1 Jan 2008 yang lalu Zahra harus kami bawa ke emergency karena suhu badannya sampe 39 derajat (padahal sehari sebelumnya sudah ke dokter). Walaupun tidak sampai dirawat, bagi aku (dan tentunya bapaknya Zahra) yang belum pernah menghadapi situasi itu, ini sebuah ujian. Bisa dibilang sejak lahir Zahra selalu sehat, tidak pernah sakit. Setelah itu pun Zahra belum sembuh2. Pileknya parah. Setelah kami pindah ke Doha, kami bawa Zahra ke dokter anak. Kata dokter, pada awalnya memang flu biasa, tapi selanjutnya adalah reaksi alergi. Aku gak gitu nangkep alergi thd apa. Dokter tsb bicara Inggris dengan dialek yang khas. Mungkin orang Mesir atau Syria atau semacamnya, ato bahkan Qatari sendiri. Alhamdulillah setelah itu Zahra sehat dan ceria terus, dan kalo sakit perginya ke dokter yang sama. Selain diagnosa dan treatment-nya tepat, dokter itu selalu bilang “insyaallah she’s getting better” ketika memberi resep buat Zahra. Suatu hikmah bahwa di balik usaha dan keahliannya di bidang medis, beliau menyerahkan semuanya kepada Allah sebagai Yang Maha Penyembuh……

Cerita lain yaitu kejadian menarik ketika kami harus mengurus Resident Permit (RP) aku dan Zahra. Somehow, bapaknya Zahra lupa meng-copy 1 dokumen dan pasfotoku harus diganti (padahal kayaknya semua udah disiapin). Jadi kami harus ke studio foto terdekat. Memang jaraknya gak terlalu jauh2 amat sih…kayaknya max. sekitar 1 km, tapi di sini gak ada angkot, becak, ato ojek. Waktu itu kami belum punya kendaraan. Aku dan bapaknya Zahra jalan kaki. Aku menggendong Zahra sambil aku dekap karena waktu itu masih musim dingin dan anginnya terasa menusuk sampai ke tulang. Di jalan, sebuah mobil menepi dan membuka kacanya. Si pemilik mobil, orang Arab dengan pakaian khasnya (gamis putih), menyuruh kami masuk. Orang itu bilang kalo dia melihat kami di kantor imigrasi dan dia tanya mau kemana. Dia mau mengantar kami ke tempat fotokopi dan studio foto dan menawarkan diri untuk menunggu kami sampai selesai karena dia pun akan kembali ke kantor imigrasi. Dia kasihan melihat Zahra. Dia takut Zahra kedinginan, dan di musim dingin seperti itu hujan bisa sewaktu-waktu datang. “…..and I don’t like that” (maksudnya dia gak mau melihat Zahra kedinginan dan kehujanan). Sesampainya di studio foto yg dituju, bapak itu menawarkan diri untuk menunggu sampai selesai karena dia pun harus kembali ke kantor imigrasi. Tapi karena kami khawatir akan lama, dengan halus kami berterima kasih dan mempersilahkan bapak itu melanjutkan urusannya.

Setelah fotokopi selesai dan pasfoto yg baru aku dpt, kami pergi kembali ke kantor imigrasi. Tentunya dengan jalan kaki lagi. Tidak jauh kami berjalan, sebuah mobil menepi dan lagi-lagi menyuruh kami masuk. Aku gak tau dia orang mana. Masih berwajah Arab. Pakaiannya pakaian biasa, gak pake gamis putihnya orang Arab. Dia bicara minim. Sepertinya Bahasa Inggrisnya pas2an. Tapi dia paham kalo kami mau ke kantor imigrasi dan dia mau mengantar kami. Kami diturunkan tepat di depan gerbang kantor imigrasi. Setelah kami ada di dalam area kantor, kami baru sadar bahwa dokumen2 keimigrasian tertinggal di dalam mobil tsb! Alamak…..bisa kacau ini urusannya. Bapaknya Zahra keluar lagi melihat kalo2 orang itu masih ada. Ternyata orang itu sudah gak kelihatan. Aku bilang supaya dia ngejar orang itu. “Dikejar kemana?”, tanya suamiku. Logikaku, orang itu kembali ke jalan besar dengan memutar jalan di komplek. Jadi, masih ada harapan lari ke depan jalan besar dan ketemu mobil itu. Probabilitasnya? Yaah….untung2an lah daripada gak ada usaha sama sekali. Suamiku keluar kantor imigrasi lagi dan ternyata orang tersebut sudah kembali lagi dan minta maaf kalo dokumen kami terbawa ke mobilnya. Lha, kok dia yg minta maaf ? Subhanallah….baik sekali orang itu…..

Setelah urusan kami selesai, kami pulang. Tentunya jalan kaki lagi utk sampai ke bus stop terdekat. Lagi-lagi, sebuah mobil mendekat dan menyuruh kami masuk. Si empunya mobil, seorang non-muslim Sri Lanka, kasihan melihat Zahra di tengah cuaca yang dingin. Orang itu bahkan mengantar kami sampai ke flat tempat tinggal kami di Doha (cat. Kantor Imigrasi yang kami datangi di Al Wakra, kalo gak salah sekitar 15 km dari Doha).

Subhanallah, ada apa ini ? Kami diperlihatkan 3 orang baik sekaligus yang sama sekali tidak kami kenal di hari yang sama. Di rumah, kami speechless, gak bisa ngomong apa2. Tercenung….betapa baiknya orang2 itu. Dalam hati, aku mendoakan mereka mendapat imbalan atas kebaikan mereka, mungkin bukan dari tangan kami tapi dari tangan orang lain. Amiin……

“Dan tolong menolonglah kamu dalam kebaikan dan taqwa, dan jangan tolong
menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran” (QS. Al Maidah :2).

“Tidak beriman seseorang dari kamu sehingga ia mencintai saudaranya seperti ia
mencintai dirinya sendiri” (HR. Bukhari & Muslim dari Anas).

“Barangsiapa menghilangkan kesusahan seorang muslim, niscaya Allah akan
menghilangkan satu kesusahannya di hari kiamat. Barangsiapa menutup aib
seorang muslim, niscaya Allah akan menutup aibnya di hari kiamat. Allah selalu
menolong seorang hamba selama dia menolong saudaranya” (HR. Muslim).

Wassalam,
Ummu Zahra