Doha, 12 November 2008

Nur’aini Azzahra….

Tak bosan mama mengatakan, “Mama mencintai Zahra. Mama menyayangi Zahra. Zahra adalah anak mama. Zahra adalah kesayangan mama. Zahra adalah buah hati mama.” Mungkin kamu sudah hapal dengan kata-kata itu, ya. Mama tau, walaupun kamu masih kecil, kamu paham apa yang mama katakan. Kamu cuma bisa jawab, “Awowu!”, yang artinya “I love you”. Kadang-kadang kamu mencium pipi mama sebelum tidur. Aah…bahagia sekali. Kadang-kadang kamu menyelimuti mama dengan tanganmu yang kecil. Kamu tidak peduli bahwa selimut kita besar dan berat. Kadang kamu ingin tangan mama ada di dadamu ketika tidur. Kadang kamu sama sekali gak mau disentuh saat mau tidur. Tapi tau tidak, tidurmu itu seperti kucing, mencari tumpukan selimut, terselip diantara bantal, di pojok kasur…..atau mencari perut atau dada mama/bapak untuk kamu tiduri.


Nur’aini Azzahra….

Wajahmu adalah keindahan. Memandang wajahmu adalah memandang keindahan. Matamu bulat berbinar memancarkan suatu kecantikan. Kadang kita memandang satu sama lain begitu dalam tanpa peduli sekitar kita.


Nur’aini Azzahra….

Memelukmu adalah suatu kehangatan. Kadang kamu berontak, kadang kamu pun menikmatinya. Ritual kita adalah pelukan setiap bangun tidur.


Nur’aini Azzahra…..

Melihat coretan di tembok rumah kita, mainan yang berceceran di setiap sudut rumah, lembaran pakaian mungil yang kamu kenakan…..adalah kebahagiaan mama. Pertanda ada mahluk kecil di rumah ini yang semakin hari semakin pintar.


Nur’aini Azzahra….

Semua tingkah polahmu adalah kelucuan dari sebuah keluguan.

Tawamu adalah kebahagiaan mama. Tangismu adalah kepedihan mama. Sakitmu adalah keperihan mama. Tapi adakalanya jerit tangismu begitu indah di telinga mama…. atau bahkan menggelikan buat mama…

Kadang mama masih tidak percaya memiliki makhluk mungil yang lucu seperti kamu. Mama pun masih tidak percaya kalau makhluk itu sangat membutuhkan mama. Begitu berartinya mama bagi kamu, hingga kamu ingin selalu bersama mama. Terlihat jelas betapa hancur perasaan kamu kalau mama marah dan menutup pintu kamar. Kalau mama pamit ke WC, kamu mendadahi mama, dan kadang kamu menunggui mama di depan pintu WC. Kalau mama pamit sholat, kamu memperhatikan mama mengambil air wudlu. Kadang kamu ambilkan mukena mama untuk mama pakai. Ketika mama sholat, kamu ikut-ikutan sibuk nungging dan tiduran di atas sajadah mama, dan terkadang mendorong punggung mama supaya lekas sujud. Kalau mama selesai sholat dan berdoa, kamu menarik-narik mukena mama supaya dilepas. Kamu juga suka latah kalau mama duduk di kursi di depan komputer. Kamu pasti akan merecoki mama, ingin naik atau duduk di pangkuan mama dan memainkan mouse komputer. jari-jarimu yang mungil akan menekan-nekan tuts komputer bergaya seperti mama yang sudah mahir ketik sana sini.


Nur’aini Azzahra….

Kamu selalu tersenyum. Kamu selalu ceria. kamu selalu terlihat bahagia. Bahkan kamu cepat lupa kalau kita habis bersitegang dan kamu menangis histeris.

Mama memang jahat, sayang. Mama sering bentak-bentak kamu, maki-maki kamu, teriak-teriak di depan kamu, bahkan melempar benda-benda untuk melampiaskan emosi mama. Mama tau itu jahat. Mama tau itu tidak baik. Mama sangat tau itu akan mempengaruhi kamu. Mama ingin kamu melupakan itu semua. Mama ingin kamu hanya mengingat kebahagiaan yang kita rasakan. Cukup mama yang mengingat betapa jahatnya mama sama kamu. Penyesalan yang setiap hari mama rasakan cukup menyiksa dada mama. Mama takut itu berbekas pada kamu. Lupakan itu, anakku. Bantulah mama untuk menjadi mama yang baik bagimu. Mama ingin memperbaiki diri. Mama sering berdoa kepada Allah agar diberikan limpahan kesabaran untuk mendidikmu, dijauhkan dari amarah. Mama tau, kamu anak yang baik dan pintar. Kamu anak yang tidak menyusahkan. Kemarahan mama semata karena mama kurang bisa mengatur emosi dengan baik. Mama sering lepas kontrol. Mama gampang meledak. Bukan, bukan salahmu. Semata memang itu sisi pribadi mama. Suatu output dari sebuah proses yang panjang dalam kehidupan mama. Juga suatu “warisan” yang ingin mama buang jauh-jauh ke tengah lautan.

Ini hanya antara kita, Zahraku….

Mencintaimu, menyayangimu, berbagi kebahagiaan denganmu, menjadi ibu untukmu, merawatmu, menjagamu, melihat kepadaianmu, tingkah polahmu, senyummu, tawamu, tangismu, lari-lari kecilmu, loncat-loncatmu, tarianmu, merasakan peluk dan ciummu……..adalah sebuah kebahagiaan yang tak terganti oleh apapun………(*)

Selamat tidur, sayang. Besok kita harus bangun pagi dan menyongsong hari baru penuh arti.

I love you…..

Doha, 12 November 2008

(*) Kecuali oleh kebahagiaan mendapat ridha-Nya, merasakan surga-Nya, dan melihat wajah-Nya.