Jangan Baca Tulisan Ini

Dua minggu yang lalu dalam sharing hypnoparenting di Bintang Bangsaku, ketika masuk dalam pembahasan hypnotic language pattern, saya dapat cukup banyak pertanyaan. Yang paling banyak tentunya adalah tentang penggunaan kata “jangan” pada anak-anak. Yang sebenarnya sangat umum didengar ketika kita berada di tempat umum.

-jangan deket-deket-

-jangan nakal-

-jangan rewel to-

-jangan nangis-

Bahkan kalau diingat-ingat, nasihat nenek/ kakek ke cucunya juga sering kali dimulai dengan “jangan’.

-besok kalau sudah besar, jangan nakal yo le?-

-kalau diajak ke mall nanti, jangan rewel ya?-

Hmm. Cukup populer ya si -jangan- ini? Mari kita tes efek kata -jangan- di kepala kita masing-masing. Nah, sambil Anda melanjutkan membaca tulisan ini, saya sarankan Anda jangan membayangkan perempuan berbaju merah yang sedang minum es kelapa muda di pinggir pantai.

Ahaaaa. Apa yang barusan terlintas di kepala Anda? Jangan-jangan justru si perempuan berbaju merah tadi melintas, padahal saya sudah bilang -jangan- lo. Bukan salah Anda kok. Bawah sadar Anda memang bekerja dengan hanya membaca kalimat-kalimat yang positif. Positif bukan dalam arti isinya positif, tapi lebih ke struktur kalimatnya positif. Ingat pelajaran bahasa Inggris kan? Jadi kalimat positif maksudnya adalah kalimat tanpa negasi. Tanpa kata tidak. Jadi ketika kalimat dengan kata tidak disampaikan, bawah sadar Anda men-skip kata jangan dan langsung masuk pada kata-kata sesudahnya. Itulah yang terjadi dengan perempuan berbaju merah di kepala Anda tadi.

Dengan mudah Anda jadi bisa membayangkan efek -jangan nakal- -jangan rewel- -jangan nangis- itu buat anak-anak kita? Atau Anda bahkan sudah membayangkan efek -jangan marah- -jangan bohong- -jangan selingkuh- yang pernah Anda ucapkan pada lawan bicara Anda yang sudah dewasa? JANGAN BERHENTI. Aaah, maksud saya berhentilah mengingat-ingat yang sudah-sudah. Hindari saja pemakaian -jangan-, jika efeknya ternyata kontra-poduktif. Betul kan?

Lalu bagaimana dong kalau sudah terbiasa pakai -jangan-? Ahh, terbiasa itu kan artinya sudah menggunakannya berkali-kali. Jadi kalau mau memulai kebiasaan baru juga sama caranya, lakukan saja berkali-kali, nanti juga terbiasa. Kebiasaan baru apa yang sebaiknya menggantikan jangan? Bagaimana kalau kita mulai dengan memberikan arah (giving direction) instead of men-jangan-kan sesuatu.

Misalnya, kalau dulu bilang -jangan nakal-, sekarang -duduk yang rapi-, -ngomongnya pelan-pelan-

Kalau dulu bilangnya -jangan bohong-, ya sekarang bisa diganti -katakan yang sebenarnya-

-jangan selingkuh-, aaaah, yang ini mungkin cukup dengan I LOVE YOU full….

JANGAN TERSENYUM dulu…

(psst, apakah Anda barusan tersenyum?)

http://portofoliofanny.wordpress.com/2010/02/21/jangan-baca-tulisan-ini/

****

Emang syusyeh gak bilang "jangan" [Ummu Zahra]