Muflis (Orang yang Pailit)


Oleh : dr. Khalid bin Abdul Aziz Al-Jubair, SpJP (dokter spesialis bedah dan jantung), dalam bukunya "Kesaksian Seorang Dokter : Mensucikan Hati Melalui Kisah-kisah Nyata"

***

Saat menunggu penerimaan gelar Doktor, saya mengambil cuti dua minggu. Pada suatu malam, saya membaca dan mengulang-ngulang kembali materi tulisan disertasi saya. Saat itu waktu menunjukkan waktu pukul dua malam. Tiba-tiba timbul keinginan kuat dalam diri saya untuk datang ke rumah sakit. Maka saya membawa buku-buku dan pergi ke rumah sakit.

Setibanya di bagian Urologi (saluran kencing), seorang perawat berkebangsaan Inggris mengatakan kepadaku, "Dokter, ada seorang pasien yang sedang menghadapi sakaratul maut, saya harap anda mau menyalatinya -maksudnya ialah mentalqininya-."

Saya menanyakan penyakit pasien tersebut. Ia menjawab, "Ia terserang kanker Urinary Bladder (kandung kemih). Kanker tersebut telah menyebar ke seluruh tubuhnya hingga mencapai otaknya. Pasien tersebut telah hilang kesadarannya sejak empat minggu yang lalu.

Saya menanyakan kondisinya saat ini. Ia menerangkan, "Detak jantungnya lemah sekali. Antara 20-30 per menit. Tekanan maksimal sekitar 40."

Saya bertanya, "Siapa namanya?" Perawar itu menjawab, "Muhammad." Saya bertanya lagi, "Berapa umurnya?" Ia menjawab, "40 tahun".

Saya memasuki ruang perawatan pasien tersebut. Tahukah Anda apa yang saya lihat? Saya melihat wajah putih kemerah-merahan (segar), sehingga saya ragu betulkah orang ini yang dimaksud?

Saya bertanya kepada perawat tersebu, "inikah orangnya?" Ia menjawab, "Ya."

Sungguh, saya sangat heran dengan kondisi pasien yang segar bugar jika merujuk dari keterangan perawat tadi. Lalu saya mendekatinya. Dengan tanpa sadar, saya menghadapkannya ke arah kiblat.

Saya memanggil orang tersebut, "Muhammad?" Ia menyahut, "Ya." Saya katakan, "Ucapkan 'Asyhadu alla ilaha ilallah wa anna Muhammad rasulullah'." Ia mengucapkannya. Serta merta ruhnya keluar menghadap Tuhannya. Semoga Allah merahmatinya dan mempertemukan kita, orang tua kita dan keluarga kita di surga firdaus.

Perawat yang menemaniku merasa keheranan. Bagaimana mungkin pasien itu menyahut panggilanku dalam keadaan sakaratul maut? Apalagi ia telah kehilangan kesadarannya sejak empat minggu yang lalu?

Perawat itu memintaku untuk menghubungi keluarganya dan memberitahukan kematian saudaranya. Maka saya menghubungi salah seorang saudaranya agar segera datang ke rumah sakit.

Saya ceritakan tentang kejadian yang baru saya alami kepada saudaranya. Kemudian saya tanyakan tentang sisi-sisi kehidupan orang tersebut saat ia masih hidup. Saudaranya tersebut menjelaskan, "Almarhum* itu mempunyai sifat-sifat yang jarang dimiliki oleh orang lain. Ia tidak pernah berbuat ghibah (membicarakan atau mengungkit-ungkit kejelekan orang lain). Ia tidak pernah mengizinkan orang lain berbuat ghibah di dekatnya. Dan jika ia tidak bisa menghalangi orang yang berbuat ghibah di dekatnya, ia segera pergi menjauh."

***

Saudaraku.... tahukah kamu rahasianya? Sesungguhnya ghibah itulah yang membinasakan kebaikan. Orang yang berbuat ghibah akan hangus semua amal kebaikannya. Bahkan ghibah itu dapat mengalihkan kesalahan dan dosa orang-orang yang dijadikan obyek ghibah kepada orang yang melakukan ghibah. Kemudian dosa-dosa itu ia tanggung.

Orang yang melakukan ghibah bagaikan orang yang bekerja, akan tetapi hasil pekerjaannya ia berikan kepada orang lain. Ia bagaikan orang yang mengolah kebun orang lain lalu meninggalkannya begitu saja sehingga semua hasil jerih payahnya diambil oleh pemilik kebun tersebut. Maka orang yang dighibah akan menuai semua amal kebaikannya.

Saudaraku,

Sesungguhnya ghibah adalah kesalahan besar yang dilakukan oleh Anak Adam. Banyak orang yang terjerumus ke dalamnya akan tetapi mereka tidak menyadarinya. Jika anda terjerumus ke dalam perbuatan ghibah ini, maka anda seperti orang yang mengumpulkan air dalam panci bocor. Bisakah kiranya panci itu menampung air yang anda taruh di dalamnya? Sekali-kali tidak! Air itu tentunya akan mengalir keluar dan panci akan kembali dalam keadaan kosong. Beginilah gambaran orang yang melakukan ghibah. Semua kebaikan dan jerih payahnya akan mengalir kepada orang lain.

Saudaraku... tahukah anda bagaimana cara mengontrol hawa nafsu? Atau lebih gampangnya, tahukah anda bagaimana cara menyumbat panci bocor tersebut sehingga kebaikanmu tidak mengalir ke luar?

Jalan keluar satu-satunya adalah dengan memperkuat keimananmu kepada Allah Ta'ala, dan hal itu tidak mungkin tercapai kecuali jika anda menjaga shalat dengan baik, jika anda termasuk orang-orang yang hatinya terpaut pada masjid, jika anda termasuk orang yang jika ketinggalan takbiratul ihram -shalat jamaah- merasa bersedih dan hati anda serasa terbakar dan sangat menyesali kejadian tersebut.

Janganlah anda lupa, bahwa obat yang akan segera menyembuhkan penyakit ghibah adalah shalat malam. Banyak orang yang telah mencobanya dan ternyata mereka merasakan bahwa shalat malam tersebut dapat menjadi benteng yang kuat untuk menjaga lidah dari penyakit ghibab dan namimah (adu domba). Bukankah shalat bisa mencegah perbuatan keji dan munkar? Allah Ta'ala berfirman :

... إِنَّ ٱلصَّلَوٰةَ تَنۡهَىٰ عَنِ ٱلۡفَحۡشَآءِ وَٱلۡمُنكَرِ‌ۗ

"Dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan munkar [QS. Al Ankabut : 45]

Saudaraku... saya ingin bertanya, "Jika ada dua orang yang sama-sama memiliki mobil, mobil salah seorang dari keduanya seharga setengah juta Riyal, sedangkan mobil orang lain seharga seribu Riyal, bukankah orang yang memiliki mewah tersebut akan berusaha mati-matian untuk menjaga keutuhan mobilnya? Bahkan ketika membersihkannya, ia takut jika kain lapnya menyebabkan goresan pada bodi mobilnya. Beginilah orang yang memiliki banyak amal shalih, orang yang selalu memelihara shalatnya, orang yang hatinya terpaut pada masjid, orang yang selalu menunaikan shalat malam. Ia sangat khawatir jika kebaikannya mengalir untuk orang lain. Ia tidak ingin menggores keindahan dan kemilau imannya dengan perbuatan ghibah atau mengucapkan perkataan yang keji.

Sedangkan orang kedua yang memiliki mobil murah tersebut tidak peduli apakah mobilnya tergores atau tertabrak. Bahkan bisa jadi ia menaruhnya di mana saja tanpa ambil pusing. Inilah gambaran orang yang melakukan kemaksiatan, melalaikan shalatnya, tidak pernah mencicipi shalat malam. Iman mereka luka -cacat- tidak lagi sempurna. Jika ia tertimpa luka yang lainnya, ia tidak akan merasakan sama sekali.

Saudaraku.... bukankah kamu menginginkan surga? Jawabannya hanya satu, pasti semua menginginkannya. Saya sampaikan bahwa Rasulullah Shalallahu 'alaihi Wassalam telah menjamin anda masuk surga, dengan syarat anda menjaga lidah dan kemaluan anda. Rasulullah Sholallahu 'Alaihi wassalam bersabda,

"Barangsiapa yang mendapat penjagaan Allah Subhanahu Wa Ta'ala dari kejahatan lidah dan kemaluannya, ia akan masuk surga." [HR Tirmidzi 4/606, 2409, disahihkan oleh Albani 5140]

Dari 'Aisyah radhiallahu 'anha, ia berkata, "Saya berkata kepada Rasulullah Sholallahu 'Alaihi Wassalam 'Cukuplah Shafiyah yang begini dan begitu untukmu.' Maka Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalam bersabda, 'Sungguh engkau telah mengucapkan suatu perkataan, jika dicampurkan ke dalam air laut pasti ia menjadikannya keruh.' Kemudian aku -Aisyah- menceritakan tingkah laku seseorang -tentang kekurangannya-, maka beliau bersabda, 'Aku sama sekali tidak senang menceritakan tingkah laku orang lain walaupun aku diberi seberapapun -dari harta dunia-.'" [ HR Abu Daud 5/123, 4875, Tirmidzi 4/2502, disahihkan oleh Albani 5140].

Hadist ini merupakan peringatan keras atas perbuatan ghibah. Allah Ta'ala juga berfirman

مَّا يَلۡفِظُ مِن قَوۡلٍ إِلَّا لَدَيۡهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ۬
"Tiada suatu ucapan pun yang diucapkan melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir." [QS. Qaaf : 18]

Imam An-Nawawi rahimaullah berkata, "Ketahuilah, hendaknya setiap orang yang telah mencapai umur baligh menjaga lidanya dari semua ucapan, kecuali ucapan yang bermanfaat. Dan jika pekataan maupun diamnya sama kadarnya, maka sebaiknya ia diam tidak berbicara, karena terkadang ucapan mubah menyeret seseorang untuk berkata salah hingga mencapai derajat haram maupun makruh, dan hal itu sering terjadi. Tentunya keselamatan anda -dengan menjaga lidah- di atas segalanya." [Riyadh Ash-Shalihin 573]

Saudaraku...

Janganlah engkau membinasakan kebaikan yang telah engkau kumpulkan melalui ibadah dan amal shalih dengan berbuat ghibah, sehingga anda bagaikan tukang air yang bodoh yang menampung air dengan panci yang bocor.

Saudaraku....

Maukah kebaikan yang telah kamu lakukan hilang begitu saja? Jangan berbuat bodoh. Jadilah orang cerdik lagi pandai. Ingatlah panasnya neraka sebelum engkau menyulut lidahmu dengan ghibah. Bayangkanlah siksa yang pedih bagi orang-orang yang melakukan ghibah. Jagalah lidahmu karena mengharapkan ridha Allah Ta'ala Yang Maha Perkasa, Maha Penyayang, Maha Pengampun lagi Maha Pemberi, sehingga dengan izin-Nya engkau akan mendapatkan surga.

Dalam hadist riwayat imam Muslim, rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalam bersabda,

"Tahukah kamu siapa orang yang pailit itu?" Mereka menjawab, "Orang pailit adalah orang yang tidak mempunyai uang sepeser pun dan tidak mempunyai harta benda." Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalam bersabda, "Sesungguhnya orang pailit di antara umatku adalah orang yang pada hari kiamat datang dengan shalatnya, puasanya, zakatnya, akan tetapi ia telah mencaci si A, menuduh si B, memakan harta si C, menumpahkan darah si D, memukul si E. Maka si A akan diberi sebagian dari kebaikannya, si B akan diberi sebagian dari kebaikannya, dan begitu seterusnya. Jika kebaikannya tekah habis padahal semua kesalahannya belum terbayar, maka kesalahan orang-orang yang ia zalimi akan dibebankan kepadanya, yang pada akhirnya ia dilemparkan ke dalam neraka." {HR. Muslim 4/1585, 2581].

Sumber : "Kesaksian Seorang Dokter - Menducikan Hati melalui Kisah-kisah Nyata" (terjemahan), dr. Khalid bin Abdul Aziz Al Jubair, SpJP, Darus Sunnah, 2010.

Photo by inim*****