Waktu-waktu Bersama Zahra (3) - Main Sekolah-sekolahan



"Ustadzah, Ustadzah, besok bangunnya pagi, ya...," celoteh Zahra malam itu.

Siapa yang Zahra panggil ustadzah? Tak lain tak bukan adalah mamahnya sendiri. Zahra memanggil mamahnya ustadzah kalau sedang main sekolah-sekolahan bersama mamah. Mamah jadi gurunya, Zahra dan bapak jadi muridnya, ditambah lagi boneka, sisir, atau apapun yang Zahra inginkan berperan sebagai teman-temannya. Berhubung mamahnya gak banyak hafal cerita, jadi yang diceritain adalah kisah yang yang sama, yaitu "Burung Hud Hud Nabi Sulaiman 'Alaihissalam", atau paling banter "Hijrahnya Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wassalam bersama Abu Bakar Radhiallahu 'Anhu dari Mekkah ke Madinah".

Nah, kalo main sekolah-sekolahan gitu, ada "panduan baku" dari Zahra, yaitu ibu ustadzah (mamahnya) harus memulai kegiatan bercerita dengan khutbatul hajah ("versi pendek", karena mamahnya belum hafal versi full-nya). InsyaAllah redaksi khutbatul hajah tidak asing lagi di telinga kita karena pada umumnya, ustadz-ustadz ahlu sunnah selalu mengawali khutbah atau ceramah dengan khutbatul hajah ini, berdasarkan contoh Nabi Sholallahu 'Alaihi Wassalam [*]. Ini dia redaksi khutbatul hajah "versi pendek" :


إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ, نَحْمَدُهُ, وَنَسْتَعِينُهُ, وَنَسْتَغْفِرُهُ, وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا, وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا.

مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ, وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ.

(Segala puji hanya bagi Allah, kami memuji-Nya, memohon pertolongan dan ampunan kepada-Nya, kami berlindung kepada Allah dari kejahatan diri-diri kami dan kejelekan amal perbuatan kami. Barangsiapa yang Allah beri petunjuk, maka tidak ada yang dapat menyesatkannya, dan barangsiapa yang Allah sesatkan, maka tidak ada yang dapat memberinya petunjuk. Aku bersaksi bahwasanya tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah saja, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwasanya Nabi Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya).

Setelah itu, barulah mamah bercerita. Di kisah Nabi Sulaiman ini, mamah lebih menekankan pada Tauhid, yaitu wajibnya kita menyembah Allah dan berdoa kepada-Nya saja. Metoda bercerita ini diselingi dengan tanya-jawab interaktif dengan Zahra. Alhamdulillah, Zahra sangat bersemangat dengan kegiatan ini hingga main sekolah-sekolahan selesai pun, mamahnya masih dipanggil ustadzah ^_^


[*] Pelajaran penting dari khutbatul hajah bisa dibaca di sini.

Foto koleksi pribadi