Bila Anda Begitu, Bagaimana dengan Anak Anda?


Seorang pakar pendidikan memilih tiga ibu peserta pelatihan menjadi orang tua terbaik untuk diwawancara. Anggaplah nama ibu-ibu itu Amalia, Husna dan Marwan (^^V). Sang pakar lalu mengajukan beberapa pertanyaan kepada ketiga ibu tersebut:


Pakar : "Bila di suatu pagi, ketika Anda sedang memasak sarapan untuk suami, tiba-tiba pada saat yang bersamaan telepon rumah berdering, anak Anda menangis keras. Karena harus mengangkat telepon dan menengok anak Anda, akhirnya masakan untuk sarapan suami gosong. Suami Anda lantas berkata dengan nada meremehkan, 'Bisa nggak Mama masak tanpa harus gosong?'. Nah, dalam kondisi tersebut, apa yang akan Anda lakukan?"


Amalia : "Aku akan lemparkan sarapan gosong tersebut ke wajah suami saya!"


Husna : "Aku akan berkata kepada suami saya, 'Oh, sudah bangun? Masak aja sarapanmu sendiri!'. "


Marwan : "Kata-kata suamiku akan melukai hatiku dan aku bisa menangis mendengarnya..."


Pakar : "Lalu, bagaimana perasaan Anda terhadap suami?"


Amalia, Husna, Marwan : "Marah, benci, dan merasa dizalimi!"


Pakar : "Dalam keadaan seperti itu, mudahkah bagi Anda untuk memasakkan kembali sarapan untuk suami?"


Amalia, Husna, Marwan : (serempak) "Tidak! Tentu saja tidak mudah!"


Pakar : "Bila suami sudah berangkat ke kantor, apakah mudah bagi Anda untuk merapikan rumah dan membelikan segala keperluan suami dalam keadaan tersebut?"


Amalia : "Tidak! Aku akan merasa tertekan seharian!"


Husna : "Tentu tidak! Aku tidak akan membelikan apa pun untuk suamiku pada hari itu!"


Marwan : "Meskipun aku tertekan seharian, aku akan berusaha melaksanakan segala kewajibanku!"



=== Sang Pakar mengalihkan topik ===


Pakar : "Anggaplah sarapan yang anda buat sudah gosong, tetapi suami Anda menanggapinya dengan ucapan, 'Pagi yang melelahkan, ya, Say? Telepon berdering, anak kita menangis, masakan Mama jadi gosong, deh...' dengan nada memaklumi dan bersimpati. Kira-kira apa respon Anda terhadap suami?"


Amalia : (Berbunga-bunga) "Wah, saya tidak akan percaya kalau suami saya berkata seperti itu..."


Husna : "Aku akan merasa bahagia dan tenang dengan komentarnya..."


Marwan : "Aku akan merasa bahagia dan akan terus berusaha mempersembahkan yang terbaik untuknya...!"


Pakar : "Bagaimana jika telepon terus berdering dan anak terus menangis?"


Ketiga Ibu : "Kami tidak akan merasa terganggu dan panik dengan itu!"


Pakar : "Apa yang berbeda kali ini?"


Amalia : "Aku merasa tenang dengan komentar suamiku. Ia tidak mengkritikku dan ia memahami perasaanku. Ia mendukungku dan tidak berada pada sisi yang berlawanan dengan diriku."


Husna dan Marwan mengangguk setuju.


Pakar : "Lalu apabila suami Anda bekerja, apakah akan mudah bagi Anda untuk melakukan pekerjaan rumah?"


Husna : "Saya akan mengerjakan semua itu dengan penuh kerelaan dan kebahagiaan."

Amalia dan Marwan menyetujuinya.


Pakar : "Sekarang, bagaimana jika suami Anda ketika melihat sarapannya gosong berkata, 'Sini! Aku perlihatkan bagaimana cara memasak yang benar!'."


Ketiga ibu: "Tidaakk!! Itu adalah suami yang buruk dan membuat kami seperti orang bodoh!"


Pakar : "Baiklah, kini kita lihat bagaimana interaksi kalian dengan anak-anak kalian..."


Amalia : "Oo, aku mengerti maksud wawancara ini. Aku selalu mengkritik anakku dengan mengatakan, "Kamu sudah besar! Seharusnya kamu mengerti bahwa yang kamu lakukan ini salah!' Kini, aku mengerti mengapa anakku sering marah mendengar ucapanku tersebut."


Husna : "Aku pun selalu berkata kepada anakku, 'Sini! Mama perlihatkan bagaimana cara melakukan ini dan itu!' Mendengar perkataanku itu, anakku tampak marah besar."


Marwan : "Aku selalu mengkritik anakku dan itu menjadi hal yang biasa. Aku selalu mengulang ucapan yang ditujukan kepadaku untuk mengkritikku di saat aku masih kecil. Padahal aku juga tidak suka dengan kritikan tersebut."


Pakar : "Dan kini kau mengucapkan dan melakukan hal yang sama terhadap anakmu?"


Marwan : "Tepat! Itulah yang aku lakukan. Sungguh aku tidak menyukai diriku sendiri ketika harus mengkritiknya!"


Pakar : "Apakah sekarang Anda ingin memperbaiki interaksi dengan anak Anda?"


Marwan : "Tentu, Aku berharap bisa mempelajari cara baru dan lebih baik dalam berinteraksi dengan anakku."


Pakar : "Baiklah, mari kita kembali pada kasus sarapan gosong tadi. Apa yang bisa membuat Anda merasa mencintai dan rela terhadap suami Anda?"


Amalia : "Itu karena suamiku tidak mengkritik kesalahanku dan ia memahami perasaanku."


Husna : "..... dan tanpa harus menyakiti perasaan."


Marwan : "Dan tanpa harus menunjukkan bagaimana harus bersikap."



Sumber : Muhammad Rasyid Dimas,1999. 25 Kita Mempengaruhi Jiwa dan Akal Anak. Rabbani Press. Dengan perubahan seperlunya


Dicopas dari Grup "Sunni Homeschooling" seperti yang diposting oleh Sdri. Amalia Husna

Photo : inima****