Penyakit Hati

Oleh : dr. Khalid bin Abdul Aziz Al-Jubair, SpJP (dokter spesialis bedah dan jantung), dalam bukunya "Kesaksian Seorang Dokter : Mensucikan Hati Melalui Kisah-kisah Nyata"

***

Penyakit ini disebabkan oleh keragu-raguan atau hawa nafsu bukan penyakit fisik, karena itu tidak ada seorang dokter ahli bedah jantung pun yang bisa menghilangkan penyakit ini dengan peralatan bedahnya.

Jika seseorang terkena penyakit ini, ia akan kehilangan arah, merugi lalu menyesal.

Penyakit hati adalah pintu segala kerusakan, jalan menuju berbagai macam dosa, penyebab utama perpecahan umat dan keretakan rumah tangga.

***

Saya mempunyai seorang sahabat yang berusia 32 tahun, ia terkena penyakit kanker otak, meskipun telah berobat ke luar negeri, akan tetapi Allah Ta'ala belum menakdirkan kesembuhan untuknya.

Kemudian ia dimasukkan ke rumah sakit Angkatan Bersenjata di Riyadh, pada bulan-bulan terakhir dari kehidupannya ia tidak sadarkan diri, seluruh wajahnya membengkak, khususnya daerah hidung dan kedua matanya, sehingga orang-orang yang menjenguknya merasa jijik dan tidak tega untuk memandangnya.

Untuk mengantisipasi jika ia meninggal saat malam hari, maka saya minta kepada rekan-rekan di rumah sakit untuk menghubungi keluarganya, dan kebetulan yang mengangkat telepon adalah ibunya, maka sang ibu merasa kaget. Saya juga minta kepada pihak rumah sakit untuk menghubungi saya, jika sahabat saya itu sedang sakaratul maut.

Tepatnya jam 6 pagi pihak rumah sakit menghubungi saya untuk menyampaikan kabar bahwa sahabat saya sedang menghadapi sakaratul maut, maka saya segera pergi ke rumah sakit. Setibanya di sana, saya bertanya kepada salah seorang perawat mengenai detak jantungnya, "30/detik dan tekanan maksimal 35," jawab perawat itu.

Saya segera memasuki ruang rawatnya dengan penuh takjub, bagaimana tidak, wajah yang menakutkan, hidung yang membesar dan mata yang menonjol keluar itu telah kembali normal. Seakan-akan tidak pernah terjadi apa-apa.

Saya mendekatinya dan memutar tempat tidurnya ke arah kiblat, kemudian saya dia, "Muhammad!" Ia menyahut, "ya." Ia berkata, "Khalid?" Saya menjawab, "Ya, bagaimana keadaanmu?" Ia menyahut, "Alhamdulillah, aku dalam keadaan baik." Saya katakan kepadanya, "Ucapkanlah 'Asyhadu alla ilaha illallah wa anna Muhammad Rasulullah'." Ia mengucapkannya lalu pergi menghadap Tuhannya -semoga Allah merahmatinya.

Saya memohon kepada Allah Ta'ala semoga mempertemukan saya, sahabat saya dan anda semua di dalam naungan surga Firdaus.

Saya bertanya-tanya kepada diri saya sendiri, amal perbuatan apa yang telah ia lakukan, sehingga ia berhak untuk mendapatkan anugrah husnul khatimah ini?

Karena Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalam telah menyampaikan,

"Barangsiapa ucapan terakhirnya kalimat 'Laa ilaaha ilallah', maka ia akan masuk surga." [HR. Ahmad 5/233, Abu Dawud 3116, Jami' Ash-Shahih Al Albani 6497]

Saya menjadi heran, sebab sepengetahuan saya ia bukanlah tipe orang yang banyak beribadah, walaupun ia selalu menjaga shalat 5 waktu dan selalu berhati-hati menjauhi larangan-larangan Allah Ta'ala.

Saya yakin, pasti ia mempunyai satu amal ibadah yang istimewa hingga ia mendapatkan kehormatan untuk mendapatkan husnul khatimah dan mengucapkan dua kalimat syahadat di penghujung hayatnya.

Saya bertanya kepada ayahnya, sang ayah menjelaskan, "Putraku itu sangatlah aneh, aku belum pernah menemui orang yang hatinya lebih mulia darinya, ia tidak pernah tertarik dengan harta milik orang lain, ia tidak mengenal sifat dengki maupun iri, ia selalu membawa cinta kasih sayang kepada siapapun, mungkin semua ini cukup untuk mengantarkannya ke derajat husnul khatimah."

***

Dari Anas bin Malik Radhiallahu 'Anhu ia berkata, "Saat itu kami sedang duduk-duduk bersama Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalam, lalu beliau bersabda, 'Akan datang seorang penghuni surga dari arah ini kepada kalian.' Maka datanglah seorang sahabat Anshar dengan jenggot yang basah karena berwudhu, sambil membawa sandalnya dengan tangan kiri, ia mengucapkan salam.

Keesokan harinya Rasululllah Shalallahu 'Alaihi Wassalam menyampaikan hal yang sama dan ternyata orang yang datang sama pula. Pada hari ketiga beliau menyampaikan berita yang sama dan muncullah orang yang sama.

Ketika Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihin Wassalam beranjak pergi, Abdullah bin Amr bin Ash Radhiallahu 'Anhu mendekati orang Anshar tersebut sambil berkata, 'Aku bertengkar dengan ayahku, dan bersumpah tidak akan memasuki rumahnya selama 3 hari, jika engkau tidak keberatan bolehkah aku tinggal di rumahmu selama 3 hari?' Orang itu menjawab, 'Silahkan saja tidak apa-apa.'

Anas berkata, 'Kemudian Abdullah bin Amr bin Ash Radhiallahu 'Anhu tinggal di rumah orang tersebut selama 3 hari, akan tetapi ia tidak pernah menemuinya bangun malam untuk menunaikan shalat malam, kecuali bahwa jika ia terbangun atau membalik badannya di tempat tidur ia menyebut Asma Allah dan bertakbir, begitulah seterusnya hingga datang waktu shalat shubuh. Akan tetapi orang itu tidak pernah berucap kecuali perkataan yang baik.

Abdullah bin Amr berkata, 'Setelah berlalu 3 hari aku merasa bahwa amal ibadahnya biasa-biasa saja, lalu aku berbicara kepadanya, 'Wahai Abdullah, sesungguhnya aku tidak pernah bertengkar dengan ayahku, akan tetapi aku telah mendengar Rasululllah Shalallahu 'Alaihi Wassalam bersabda, 'Akan datang seorang penghuni surga kepada kalian.' Sebanyak 3 kali, dan ternyata 3 kali pula engkau muncul setelah beliau menyampaikan sabdanya tersebut, maka aku ingin tinggal bersamamu untuk mengetahui apa yang telah engkau lakukan, dan ternyata aku tidak menemukan apa-apa. Sebenarnya amal perbuatan apa yang telah mengantarkanmu ke derajat yang agung itu?' Orang itu menjawab, 'Tidak ada yang aku rahasiakan, -sebagaimana yang engkau lihat- itulah yang aku lakukan.'

Abdullah bin Amr segera beranjak untuk pergi. Tiba-tiba orang tersebut memanggilnya, seraya berkata, 'Yang aku lakukan adalah apa yang telah engkau lihat, hanya saja aku tidak pernah iri terhadap nikmat yang telah diterima oleh seorang muslim pun.'

Abdullah berkata, 'Itulah yang telah mengangkat derajatmu, dan itulah yang berat untuk dilakukan'." [HR Ahmad 3/166, Abdul Razaq 11/287-288, Al-Arnauth 13/114]

Iri dan dengki adalah dua penyakit yang sangat berbahaya, ia memusnahkan kebaikan, menghancurkan amal shalih, karena kedua penyakit tersebut menimbulkan sebuah dosa yang sangat buruk, menjerumuskan orang ke dalam ghibah, mengadu domba, berbohong dan menipu.

Iri dan dengki akan membakar kebaikan sebagaimana api membakar kayu bakar, lalu akan menjerumuskan seseorang ke dalam kedzaliman, dan semua itu adalah kesalahan besar.

Seseorang yang di dalam hatinya tumbuh penyakit iri dan dengki, tidak akan merasakan ketenangan dan kenyamanan, pertentangan selalu berkecamuk di dalam hatinya, bagaimana ia bisa mendapatkan nikmat yang diterima oleh orang lain? Dari mana ia mendapatkan semua harta kekayaan itu? Dari mana ia mendapatkan semua harta kekayaan itu? Dan masih banyak pertanyaan lain, sehingga ia menghabiskan waktunya hanya untuk mengintai kegiatan orang lain, maka hilanglah kesempatannya untuk meraih kesuksesan dunia dan akhirat.

Saudaraku yang budiman,

Jika kita telah mengenal dan memahami suatu penyakit, pasti kita akan dapatkan obat yang cocok untuknya, dan obat yang paling manjur untuk menghadapi penyakit ini adalah selalu menjaga shalat berjamaah dengan penuh khusyu' dan sikap tunduk kepada Allah. Allah Ta'ala berfirman (artinya) :

"Dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuata-perbuatan) keji dan munkar." [QS. Al-Ankabut : 45].

Kekejian apakah yang lebih buruk daripada iri dan dengki?

Allah Ta'ala berfirman (artinya) :

"Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram." [QS. Al-Ra'd : 28]

Hati seseorang yang tertimpa penyakit iri dan dengki akan kehilangan ketenangan, dan satu-satunya obat adalah taat kepada Allah Ta'ala dan selalu berdzikir kepada-Nya. Shalat adalah dzikir yang paling utama, selanjutnya membaca Al Qur'an, membaca tasbih, tahlil, membiasakan dzikir pagi dan sore hari, memperbanyak istighfar dan taubat, berdoa dan mujahadah.

Perlu diketahui bahwa proses pengobatan ini kadang membutuhkan waktu yang panjang, maka janganlah engkau ragu dan putus asa, yang penting mulailah proses pengobatan yang benar ini, lalu gantungkanlah semua harapan dan tujuan hanya kepada Allah Ta'ala dengan penuh keikhlasan dan kekhusyu'an agar Dia menyembuhkanmu dari penyakit ini, berdoalah kepada-Nya dengan penuh khusyu' dan tunduk, perbanyaklah membaca firman Allah Ta'ala (artinya),

"Dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman Ya Rabb kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang." [QS. Al Hasyr " 10]

Cara pengobatan ini telah dicoba oleh banyak orang yang tertimpa penyakit ini dan hasilnya sebagian dari mereka merasakan adanya perubahan yang nyata, sedangkan yang lainnya alhamdulillah terbebas sama sekali dari penyakit ini.

Saudaraku yang budiman...

Jika anda ingin menjadi salah seorang penghuni surga, maka bersihkanlah dirimu dari penyakit yang sangat berbahaya ini, karena penyakit ini akan menjerumuskan anda ke dalam jurang kehancuran. Oleh karena itu perbanyaklah berdoa kepada Allah Ta'ala agar menyembuhkanmu dari penyakit ini, terlebih saat kamu melakukan shalat malam, dengan izin-Nya insyaAllah anda akan sembuh.

Saudaraku...

Jika badan yang bebas dari segala macam penyakit menjadikan hidup seseorang nyaman tanpa beban, maka hati yang terbebas dari segala macam penyakit akan menjadikan hidupnya penuh dengan kebaikan di dunia dan kebahagiaan di akhirat. Kehidupan yang penuh kebaikan tidak akan dicapai kecuali dengan meninggalkan penyakit ini.

***

Photo : dreamst***